• ,
    *Kisah Ashabul Kahfi – Bukti Ketinggian Ilmu Imam Ali Bin Abithalib R.A*

    ashabul-kahfi-15 Dalam surat al-Kahfi, Allah SWT menceritakan tiga kisah masa lalu, yaitu kisah Ashabul Kahfi, kisah pertemuan nabi Musa as dan nabi Khidzir as serta kisah Dzulqarnain. Kisah Ashabul Kahfi mendapat perhatian lebih dengan digunakan sebagai nama surat dimana terdapat tiga kisah tersebut. Hal ini tentu bukan kebetulan semata, tapi karena kisah Ashabul Kahfi, seperti juga kisah dalam al-Quran lainnya, bukan merupakan kisah semata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya.

    Ashabul Kahfi adalah nama sekelompok orang beriman yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya nabi Isa as. Mereka hidup ditengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja yang dzalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok orang yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil mereka dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja. Tapi Ashabul Kahfi menolak dan lari, dikejarlah mereka untuk dibunuh. Ketika mereka lari dari kejaran pasukan raja, sampailah mereka di mulut sebuah gua yang kemudian dipakai tempat persembunyian.

    Dengan izin Allah mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua, dan dibangkitkan kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi masyarakat dan raja yang beriman kepada Allah SWT (Ibnu Katsir; Tafsir al-Quran al-‘Adzim; jilid:3 ; hal.67-71).

    Berikut adalah kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang ditafsir secara jelas jalan ceritanya… ..

    Penulis kitab Fadha’ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah (jilid II, halaman 291-300), mengetengahkan suatu riwayat yang dikutip dari kitab Qishashul Anbiya. Riwayat tersebut berkaitan dengan tafsir ayat 10 Surah Al-Kahfi:

    “(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo’a: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (QS al-Kahfi:10)

    Dengan panjang lebar kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan sebagai berikut:

    Di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: “Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.”

    “Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar.ashabul-kahfi-132

    “Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?” Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanya annya. “Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?”

    Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanya an yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!”

    Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: “Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!”

    Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!”

    Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlahagama Islam!”

    Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: “Mengapa?”

    Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!”

    Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata: “Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”

    Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanya an mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanya an kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!”

    “Ya baik!” jawab mereka.ashabul-kahfi-14

    “Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Ali bin Abi Thalib.

    Mereka mulai bertanya: “Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”

    “Induk kunci itu,” jawab Ali bin Abi Thalib, “ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!”

    Para pendeta Yahudi bertanya lagi: “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”

    Ali bin Abi Thalib menjawab: “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”

    Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: “Orang itu benar juga!” Mereka bertanyalebih lanjut: “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya! “

    “Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!”

    Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”

    Ali bin Abi Thalib menjawab: “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: “Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!”

    Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!”

    Ali bin Abi Thalib menjawab: “Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular).”

    Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”

    Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda.”

    “Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan,” sahut Imam Ali.

    “Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?” Tanya pendeta tadi.

    Ali bin Ali Thalib menjawab: “Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah s.w.t. kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu.”

    Pendeta Yahudi itu menyahut: “Aku sudah banyak mendengar tentang Qur’an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!”

    Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata: “Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s.a.w. kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana.”ashabul-kahfi-10

    Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya! “

    Ali bin Abi Thalib menerangkan: “Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh (= kl 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala.”

    Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?”

    “Hai saudara Yahudi,” kata Imam Ali menerangkan, “mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantuny a. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri.”

    Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: “Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!”

    Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.

    Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.

    Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.

    Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai “tuhan” dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah s.w.t.ashabul-kahfi-11

    Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya,diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah s.w.t.

    Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan –seorang cerdas yang bernama Tamlikha– memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: “Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan.”

    Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: “Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?”

    “Teman-teman, ” sahut Tamlikha, “hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur.”

    Teman-temannya mengejar: “Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?”

    “Sudah lama aku memikirkan soal langit,” ujar Tamlikha menjelaskan. “Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: ‘siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?’ Kemudian kupikirkan juga bumi ini: ‘Siapakah yang membentang dan menghamparkan- nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?’ Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: ‘Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius’…”

    Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: “Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!”

    “Saudara-saudara, ” jawab Tamlikha, “baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!”

    “Kami setuju dengan pendapatmu,” sahut teman-temannya.

    Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.

    Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: “Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar.”

    Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.ashabul-kahfi-12

    Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: “Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?”

    “Aku mempunyai semua yang kalian inginkan,” sahut penggembala itu. “Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!”

    “Ah…, susahnya orang ini,” jawab mereka. “Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?”

    “Ya,” jawab penggembala itu.

    Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: “Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian.”

    Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya.”

    Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: “Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?”

    “Hai saudara Yahudi,” kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, “kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.

    Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali: “Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah s.w.t.”

    Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua.”

    Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: “Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!”

    Imam Ali menjelaskan: “Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!”

    Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s.w.t. mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.

    Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.

    Kepada para pengikutnya ia berkata: “Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!”

    Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: “Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu.”

    Dalam goa tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.

    Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: “Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!”

    Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: “Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi.”

    Tamlikha kemudian berkata: “Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!”

    Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah.”

    Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: “Kusangka aku ini masih tidur!” Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: “Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?”

    “Aphesus,” sahut penjual roti itu.

    “Siapakah nama raja kalian?” tanya Tamlikha lagi. “Abdurrahman, ” jawab penjual roti.

    “Kalau yang kau katakan itu benar,” kata Tamlikha, “urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!”

    Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.

    Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!”

    Imam Ali menerangkan: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!”ashabul-kahfi-16

    Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: “Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!”

    “Aku tidak menemukan harta karun,” sangkal Tamlikha. “Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!”

    Penjual roti itu marah. Lalu berkata: “Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yangmengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?”

    Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: “Bagaimana cerita tentang orang ini?”

    “Dia menemukan harta karun,” jawab orang-orang yang membawanya.

    Kepada Tamlikha, raja berkata: “Engkau tak perlu takut! Nabi Isa a.s. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat.”

    Tamlikha menjawab: “Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!”

    Raja bertanya sambil keheran-heranan: “Engkau penduduk kota ini?”

    “Ya. Benar,” sahut Tamlikha.

    “Adakah orang yang kau kenal?” tanya raja lagi.

    “Ya, ada,” jawab Tamlikha.

    “Coba sebutkan siapa namanya,” perintah raja.

    Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: “Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?”

    “Ya, tuanku,” jawab Tamlikha. “Utuslah seorang menyertai aku!”

    Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: “Inilah rumahku!”

    Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: “Kalian ada perlu apa?”

    Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: “Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!”

    Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: “Siapa namamu?”

    “Aku Tamlikha anak Filistin!”

    Orang tua itu lalu berkata: “Coba ulangi lagi!”

    Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: “Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka.” Kemudian diteruskannya dengan suara haru: “Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!”

    Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: “Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu? “

    Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.

    “Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua,” demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.

    Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: “Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!”

    Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: “Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!”

    Tamlikha menukas: “Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?”

    “Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja,” jawab mereka.

    “Tidak!” sangkal Tamlikha. “Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!”

    Teman-teman Tamlikha menyahut: “Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?”

    “Lantas apa yang kalian inginkan?” Tamlikha balik bertanya.

    “Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga,” jawab merekaMereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: “Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!”

    Allah s.w.t. mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s.w.t. melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah s.w.t. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.

    Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu.”

    Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu.”

    Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman:

    Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa Saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, “Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka.” Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, “Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid.”

    Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: “Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?”

    Pendeta Yahudi itu menjawab: “Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!”

    Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha ‘ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunjukkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasul Allah s.a.w.





    *اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ*


    , *Kisah Ashabul Kahfi – Bukti Ketinggian Ilmu Imam Ali Bin Abithalib R.A* ashabul-kahfi-15 Dalam surat al-Kahfi, Allah SWT menceritakan tiga kisah masa lalu, yaitu kisah Ashabul Kahfi, kisah pertemuan nabi Musa as dan nabi Khidzir as serta kisah Dzulqarnain. Kisah Ashabul Kahfi mendapat perhatian lebih dengan digunakan sebagai nama surat dimana terdapat tiga kisah tersebut. Hal ini tentu bukan kebetulan semata, tapi karena kisah Ashabul Kahfi, seperti juga kisah dalam al-Quran lainnya, bukan merupakan kisah semata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya. Ashabul Kahfi adalah nama sekelompok orang beriman yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya nabi Isa as. Mereka hidup ditengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja yang dzalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok orang yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil mereka dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja. Tapi Ashabul Kahfi menolak dan lari, dikejarlah mereka untuk dibunuh. Ketika mereka lari dari kejaran pasukan raja, sampailah mereka di mulut sebuah gua yang kemudian dipakai tempat persembunyian. Dengan izin Allah mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua, dan dibangkitkan kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi masyarakat dan raja yang beriman kepada Allah SWT (Ibnu Katsir; Tafsir al-Quran al-‘Adzim; jilid:3 ; hal.67-71). Berikut adalah kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang ditafsir secara jelas jalan ceritanya… .. Penulis kitab Fadha’ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah (jilid II, halaman 291-300), mengetengahkan suatu riwayat yang dikutip dari kitab Qishashul Anbiya. Riwayat tersebut berkaitan dengan tafsir ayat 10 Surah Al-Kahfi: “(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo’a: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (QS al-Kahfi:10) Dengan panjang lebar kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan sebagai berikut: Di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: “Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.” “Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar.ashabul-kahfi-132 “Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?” Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanya annya. “Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?” Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanya an yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!” Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: “Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!” Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!” Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlahagama Islam!” Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: “Mengapa?” Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!” Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata: “Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!” Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanya an mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanya an kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!” “Ya baik!” jawab mereka.ashabul-kahfi-14 “Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Ali bin Abi Thalib. Mereka mulai bertanya: “Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?” “Induk kunci itu,” jawab Ali bin Abi Thalib, “ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!” Para pendeta Yahudi bertanya lagi: “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?” Ali bin Abi Thalib menjawab: “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!” Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: “Orang itu benar juga!” Mereka bertanyalebih lanjut: “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya! “ “Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!” Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!” Ali bin Abi Thalib menjawab: “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: “Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!” Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!” Ali bin Abi Thalib menjawab: “Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular).” Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!” Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda.” “Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan,” sahut Imam Ali. “Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?” Tanya pendeta tadi. Ali bin Ali Thalib menjawab: “Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah s.w.t. kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu.” Pendeta Yahudi itu menyahut: “Aku sudah banyak mendengar tentang Qur’an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!” Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata: “Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s.a.w. kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana.”ashabul-kahfi-10 Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya! “ Ali bin Abi Thalib menerangkan: “Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh (= kl 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala.” Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?” “Hai saudara Yahudi,” kata Imam Ali menerangkan, “mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantuny a. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri.” Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: “Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!” Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan. Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya. Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja. Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai “tuhan” dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah s.w.t.ashabul-kahfi-11 Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya,diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah s.w.t. Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan –seorang cerdas yang bernama Tamlikha– memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: “Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan.” Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: “Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?” “Teman-teman, ” sahut Tamlikha, “hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur.” Teman-temannya mengejar: “Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?” “Sudah lama aku memikirkan soal langit,” ujar Tamlikha menjelaskan. “Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: ‘siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?’ Kemudian kupikirkan juga bumi ini: ‘Siapakah yang membentang dan menghamparkan- nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?’ Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: ‘Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius’…” Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: “Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!” “Saudara-saudara, ” jawab Tamlikha, “baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!” “Kami setuju dengan pendapatmu,” sahut teman-temannya. Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya. Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: “Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar.” Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.ashabul-kahfi-12 Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: “Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?” “Aku mempunyai semua yang kalian inginkan,” sahut penggembala itu. “Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!” “Ah…, susahnya orang ini,” jawab mereka. “Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?” “Ya,” jawab penggembala itu. Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: “Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian.” Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya.” Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: “Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?” “Hai saudara Yahudi,” kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, “kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu. Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali: “Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah s.w.t.” Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua.” Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: “Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!” Imam Ali menjelaskan: “Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!” Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s.w.t. mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri. Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur. Kepada para pengikutnya ia berkata: “Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!” Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: “Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu.” Dalam goa tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun. Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: “Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!” Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: “Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi.” Tamlikha kemudian berkata: “Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!” Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah.” Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: “Kusangka aku ini masih tidur!” Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: “Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?” “Aphesus,” sahut penjual roti itu. “Siapakah nama raja kalian?” tanya Tamlikha lagi. “Abdurrahman, ” jawab penjual roti. “Kalau yang kau katakan itu benar,” kata Tamlikha, “urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!” Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat. Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!” Imam Ali menerangkan: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!”ashabul-kahfi-16 Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: “Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!” “Aku tidak menemukan harta karun,” sangkal Tamlikha. “Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!” Penjual roti itu marah. Lalu berkata: “Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yangmengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?” Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: “Bagaimana cerita tentang orang ini?” “Dia menemukan harta karun,” jawab orang-orang yang membawanya. Kepada Tamlikha, raja berkata: “Engkau tak perlu takut! Nabi Isa a.s. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat.” Tamlikha menjawab: “Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!” Raja bertanya sambil keheran-heranan: “Engkau penduduk kota ini?” “Ya. Benar,” sahut Tamlikha. “Adakah orang yang kau kenal?” tanya raja lagi. “Ya, ada,” jawab Tamlikha. “Coba sebutkan siapa namanya,” perintah raja. Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: “Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?” “Ya, tuanku,” jawab Tamlikha. “Utuslah seorang menyertai aku!” Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: “Inilah rumahku!” Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: “Kalian ada perlu apa?” Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: “Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!” Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: “Siapa namamu?” “Aku Tamlikha anak Filistin!” Orang tua itu lalu berkata: “Coba ulangi lagi!” Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: “Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka.” Kemudian diteruskannya dengan suara haru: “Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!” Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: “Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu? “ Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua. “Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua,” demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya. Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: “Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!” Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: “Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!” Tamlikha menukas: “Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?” “Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja,” jawab mereka. “Tidak!” sangkal Tamlikha. “Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!” Teman-teman Tamlikha menyahut: “Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?” “Lantas apa yang kalian inginkan?” Tamlikha balik bertanya. “Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga,” jawab merekaMereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: “Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!” Allah s.w.t. mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s.w.t. melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah s.w.t. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka. Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu.” Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu.” Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman: Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa Saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, “Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka.” Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, “Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid.” Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: “Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?” Pendeta Yahudi itu menjawab: “Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!” Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha ‘ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunjukkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasul Allah s.a.w. *اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ* 🍃♥️🌹📚📚
    0 Comments 0 Shares 10883 Views
  • MENGHINA ORANG LAIN, TIDAK MENJADIKAN DIRI KITA LEBIH MULIA

    Peraturannya sangat mudah. Bila menghina orang lain, tidak menjadikan kita lebih mulia. Dan bila kita muliakan orang lain, tidak pula menjadikan kita hina..

    Kenapa kita mudah benar memandang rendah terhadap orang lain. Tak kiralah dari segi apa sekalipun. Mungkin kita fikir kita lebih pandai, lebih kaya, lebih berilmu atau lebih alim. Namun sedarkah bahawa semua kelebihan itu tidak menuntut untuk merendahkan orang lain. Usahkan melalui kata-kata yang kita hamburkan atau tingkahlaku kita tunjukkan malah lintasan hati yang merasakan kita lebih baik dari orang lain. Semua itu bentuk ‘penghinaan’ terhadap orang lain..

    Dalam hati kita ini pusat kebaikan atau mahmudah mahupun keburukan atau mazmumah. Ia mengikut apa yang kita tanamkan dalam diri kita. Bila hati kita baik, tingkahlaku dan sangkaan kita baik-baik belaka. Bila hati kita dihinggapi keburukan, tingkahlaku dan sangkaan kita buruk-buruk pula..

    Mungkin kita terlalu yakin bahawa kita mampu melalui apa yang diuji ke atas individu lain. Namun tidak semudah itu. Bila kita tak diuji sedemikian, sebenarnya kita tak mampu..

    Allah menguji hamba-Nya mengikut apa yang mampu ditanggung oleh mereka..

    Bila kita meletakkan diri kita dalam kedudukan lebih tinggi dari orang lain, kita sangat lupa bagaimana semua itu boleh berubah sekelip mata. Apa yang kita ada atau miliki, semuanya milik Allah. Jika Dia menghendaki semua itu hilang, bagaimana agaknya kita?

    Akhirnya, semua ini peringatan bersama. Jika ada rasa kita lebih mulia dari orang lain, berhati-hatilah. Allah mengurniakan semua itu untuk kita syukuri. Bukan untuk memandang rendah orang lain..

    Ingatlah bahawa bila menghina orang lain, tidak menjadikan kita lebih mulia. Dan bila kita muliakan orang lain, tidak pula menjadikan kita hina..

    Wallahua'lam…

    Semoga Allah mengampunkan dosa-dosa kita semua.. Aamiiin…
    MENGHINA ORANG LAIN, TIDAK MENJADIKAN DIRI KITA LEBIH MULIA Peraturannya sangat mudah. Bila menghina orang lain, tidak menjadikan kita lebih mulia. Dan bila kita muliakan orang lain, tidak pula menjadikan kita hina.. Kenapa kita mudah benar memandang rendah terhadap orang lain. Tak kiralah dari segi apa sekalipun. Mungkin kita fikir kita lebih pandai, lebih kaya, lebih berilmu atau lebih alim. Namun sedarkah bahawa semua kelebihan itu tidak menuntut untuk merendahkan orang lain. Usahkan melalui kata-kata yang kita hamburkan atau tingkahlaku kita tunjukkan malah lintasan hati yang merasakan kita lebih baik dari orang lain. Semua itu bentuk ‘penghinaan’ terhadap orang lain.. Dalam hati kita ini pusat kebaikan atau mahmudah mahupun keburukan atau mazmumah. Ia mengikut apa yang kita tanamkan dalam diri kita. Bila hati kita baik, tingkahlaku dan sangkaan kita baik-baik belaka. Bila hati kita dihinggapi keburukan, tingkahlaku dan sangkaan kita buruk-buruk pula.. Mungkin kita terlalu yakin bahawa kita mampu melalui apa yang diuji ke atas individu lain. Namun tidak semudah itu. Bila kita tak diuji sedemikian, sebenarnya kita tak mampu.. Allah menguji hamba-Nya mengikut apa yang mampu ditanggung oleh mereka.. Bila kita meletakkan diri kita dalam kedudukan lebih tinggi dari orang lain, kita sangat lupa bagaimana semua itu boleh berubah sekelip mata. Apa yang kita ada atau miliki, semuanya milik Allah. Jika Dia menghendaki semua itu hilang, bagaimana agaknya kita? Akhirnya, semua ini peringatan bersama. Jika ada rasa kita lebih mulia dari orang lain, berhati-hatilah. Allah mengurniakan semua itu untuk kita syukuri. Bukan untuk memandang rendah orang lain.. Ingatlah bahawa bila menghina orang lain, tidak menjadikan kita lebih mulia. Dan bila kita muliakan orang lain, tidak pula menjadikan kita hina.. Wallahua'lam… Semoga Allah mengampunkan dosa-dosa kita semua.. Aamiiin…
    0 Comments 0 Shares 1617 Views
  • Tadabbur Diri 17


    Bila sakit …

    Ingatlah kata-kata Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

    وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ‎﴿الشعراء: ٨٠﴾‏

    "Dan apabila aku sakit, maka Dia lah yang menyembuhkan penyakitku; (80)

    (As Syu’ara : 80)

    Berdoalah dengan doa Nabi Ayyub ‘alaihis salam,

    وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ‎﴿الأنبياء: ٨٣﴾‏

    Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Ayub, ketika ia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: "Sesungguhnya aku ditimpa penyakit, sedang Engkaulah sahaja yang lebih mengasihani daripada segala (yang lain) yang mengasihani". (83)

    (Al Anbiya’: 83)

    Bertasbihlah dengan tasbih Nabi Yunus ‘alaihis salam,

    وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ‎﴿الأنبياء: ٨٧﴾‏

    Dan (sebutkanlah peristiwa) Zun-Nun, ketika ia pergi (meninggalkan kaumnya) dalam keadaan marah, yang menyebabkan ia menyangka bahawa Kami tidak akan mengenakannya kesusahan atau cubaan; (setelah berlaku kepadanya apa yang berlaku) maka ia pun menyeru dalam keadaan yang gelap-gelita dengan berkata: "Sesungguhnya tiada Tuhan (yang dapat menolong) melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri". (87)

    (Al Anbiya’: 87)

    Ambillah bahasa hati Nabi Yaakub ketika mengadu kepada TuhanNya,

    قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
    ‎﴿يوسف: ٨٦﴾‏

    (Nabi Yaakub) menjawab: "Sesungguhnya aku hanyalah mengadukan kesusahan dan dukacitaku kepada Allah”

    (Yusuf : 86)

    Lazimilah istighfar, sebagaimana yang diajar oleh Junjungan Besar Nabi Muhammad ‎ﷺ .

    عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
    (رواه أبو داود، ١٢٩٧؛وابن ماجه، ٣٨٠٩ أحمد،٢١٢٣)

    Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar pada setiap kesulitan, dan kelapangan untuk setiap kesempitan serta memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."

    (HR Abu Daud,1297; Ibnu Majah ,3809;Ahmad,2123)


    Juga doakanlah dirimu sendiri,

    عن عثمان بن أبي العاص رضي الله عنه، أنه شكا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وجعا يجده في جسده، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم ضَعْ يَدَك عَلَى الَّذِي تَأْلَمُ مِنْ جَسَدِك، وَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ ثَلَاثًا، وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاَللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

    Dari Utsman bin Abil 'Ash RA bahwa ia mengadu kepada Rasulullah ‎ﷺ perihal penyakit yang ia rasakan pada tubuhnya. Rasulullah ‎ﷺ lalu mengatakan kepadanya, 'Letakkan tanganmu pada bahagian tubuhmu yang dirasa sakit. Bacalah tiga kali, 'Bismillāh.' Lalu bacalah tujuh kali, 'A'ūdzu billāhi wa qudratihī min syarri mā ajidu wa uhādziru (Aku berlindung kepada keagungan dan kekuasaan Allah dari segala keburukan apa yang aku dapatkan dan apa yang aku takutkan."

    Semoga diangkat sakit dan penyakitmu dan semakin dekat pula hatimu padaNYA.




    ABi

    https://t.me/JiwaTarbawi/1340
    Tadabbur Diri 17 Bila sakit … Ingatlah kata-kata Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ‎﴿الشعراء: ٨٠﴾‏ "Dan apabila aku sakit, maka Dia lah yang menyembuhkan penyakitku; (80) (As Syu’ara : 80) Berdoalah dengan doa Nabi Ayyub ‘alaihis salam, وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ‎﴿الأنبياء: ٨٣﴾‏ Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Ayub, ketika ia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: "Sesungguhnya aku ditimpa penyakit, sedang Engkaulah sahaja yang lebih mengasihani daripada segala (yang lain) yang mengasihani". (83) (Al Anbiya’: 83) Bertasbihlah dengan tasbih Nabi Yunus ‘alaihis salam, وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ‎﴿الأنبياء: ٨٧﴾‏ Dan (sebutkanlah peristiwa) Zun-Nun, ketika ia pergi (meninggalkan kaumnya) dalam keadaan marah, yang menyebabkan ia menyangka bahawa Kami tidak akan mengenakannya kesusahan atau cubaan; (setelah berlaku kepadanya apa yang berlaku) maka ia pun menyeru dalam keadaan yang gelap-gelita dengan berkata: "Sesungguhnya tiada Tuhan (yang dapat menolong) melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri". (87) (Al Anbiya’: 87) Ambillah bahasa hati Nabi Yaakub ketika mengadu kepada TuhanNya, قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ ‎﴿يوسف: ٨٦﴾‏ (Nabi Yaakub) menjawab: "Sesungguhnya aku hanyalah mengadukan kesusahan dan dukacitaku kepada Allah” (Yusuf : 86) Lazimilah istighfar, sebagaimana yang diajar oleh Junjungan Besar Nabi Muhammad ‎ﷺ . عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ (رواه أبو داود، ١٢٩٧؛وابن ماجه، ٣٨٠٩ أحمد،٢١٢٣) Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar pada setiap kesulitan, dan kelapangan untuk setiap kesempitan serta memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR Abu Daud,1297; Ibnu Majah ,3809;Ahmad,2123) Juga doakanlah dirimu sendiri, عن عثمان بن أبي العاص رضي الله عنه، أنه شكا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وجعا يجده في جسده، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم ضَعْ يَدَك عَلَى الَّذِي تَأْلَمُ مِنْ جَسَدِك، وَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ ثَلَاثًا، وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاَللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ Dari Utsman bin Abil 'Ash RA bahwa ia mengadu kepada Rasulullah ‎ﷺ perihal penyakit yang ia rasakan pada tubuhnya. Rasulullah ‎ﷺ lalu mengatakan kepadanya, 'Letakkan tanganmu pada bahagian tubuhmu yang dirasa sakit. Bacalah tiga kali, 'Bismillāh.' Lalu bacalah tujuh kali, 'A'ūdzu billāhi wa qudratihī min syarri mā ajidu wa uhādziru (Aku berlindung kepada keagungan dan kekuasaan Allah dari segala keburukan apa yang aku dapatkan dan apa yang aku takutkan." Semoga diangkat sakit dan penyakitmu dan semakin dekat pula hatimu padaNYA. ABi https://t.me/JiwaTarbawi/1340
    T.ME
    Jiwa Tarbawi
    Tadabbur Diri 17 Bila sakit … Ingatlah kata-kata Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ‎﴿الشعراء: ٨٠﴾‏ "Dan apabila aku sakit, maka Dia lah yang menyembuhkan penyakitku; (80) (As Syu’ara : 80) Berdoalah dengan doa Nabi Ayyub ‘alaihis salam, وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ‎﴿الأنبياء: ٨٣﴾‏ Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Ayub, ketika ia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: "Sesungguhnya aku ditimpa penyakit, sedang Engkaulah sahaja yang lebih mengasihani daripada segala (yang lain) yang mengasihani". (83) (Al Anbiya’: 83) Bertasbihlah dengan tasbih Nabi Yunus ‘alaihis salam, وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ‎﴿الأنبياء: ٨٧﴾‏ Dan (sebutkanlah peristiwa) Zun-Nun, ketika ia pergi (meninggalkan kaumnya) dalam keadaan marah, yang menyebabkan ia menyangka bahawa Kami tidak…
    Like
    1
    0 Comments 0 Shares 5125 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 17 Zulkaedah 1445H☆

    لَاۤ إِكۡرَاهَ فِی ٱلدِّینِۖ قَد تَّبَیَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَیِّۚ فَمَن یَكۡفُرۡ بِٱلطَّـٰغُوتِ وَیُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِیعٌ عَلِیمٌ

    "Tidak ada paksaan dalam ugama (Islam), kerana sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan Taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali ugama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui" [Surah al-Baqarah 256]

    #Berkata Imam at-Thabari rahimahullah: "Ahli tafsir berbeza pendapat tentang makna 'tiada paksaan dalam agama'. Sebahagian mereka berkata ayat ini turun untuk menjawab kemusykilan kaum Ansar atau seorang lelaki dari kalangan mereka yang mempunyai beberapa orang anak yang telah mereka jadikan penganut agama yahudi atau nasrani. Apabila Allah menurunkan Islam, mereka mahu memaksa anak-anak mereka itu agar memeluk Islam. Maka Allah melarang mereka berbuat demikian. Sebaliknya mereka hendaklah membiarkan anak-anak mereka itu sendiri yang memilih untuk memeluk Islam.

    #Antara riwayat yang menyebut demikian ialah apa yang diambil daripada Imam Said bin Jubair rahimahullah daripada Ibn Abbas r.a: "Seorang wanita dikatakan miqlat, iaitu selalu kematian anak. Lalu dia bernazar sekiranya ada anaknya yang hidup dia akan menjadikan anak itu yahudi. Ketika Bani Nadhir diusir dari Madinah, terdapat bersama dengan mereka anak-anak orang Ansar (termasuk anak wanita itu). Mereka bertekad tidak akan membiarkan anak-anak mereka bersama yahudi. Lalu Allah turunkan ayat ini".

    #Riwayat yang lain, daripada maula Sayidina Zaid bin Thabit r.a daripada Ikrimah atau Said bin Jubair daripada Sayidina Ibn Abbas r.a: "Ayat ini turun mengenai seorang lelaki Ansar daripada Bani Salim bin Auf bernama Husain. Dia mempunyai dua orang anak yang menganut agama Nasrani sedangkan dia seorang muslim. Dia berkata kepada Nabi saw:" Tidakkah aku harus memaksa kedua-duanya? Sesungguhnya kedua-duanya tidak mahu terima kecuali Nasrani!". Maka Allah menurunkan ayat ini bagi menjawab persoalan itu.

    #Jika kita renungi ayat di atas serta sebab turunnya secara mendalam, akan memahamkan kita bahawa Allah swt memberikan kebebasan kepada hambaNya untuk memilih agama mereka.

    #Justeru, tanggungjawab kita sebagai muslim adalah memberi penerangan dengan jelas dan berhikmah supaya nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Apabila telah nyata, maka terserah kepada mereka membuat pilihan sama ada menerima kebenaran agama Islam atau masih belum mahu menerima Islam. Tiada sebarang paksaan.

    #Jika mereka masih belum menerima, teruskan usaha dakwah tanpa putus asa. Tidak perlu rasa bersalah jika mereka terus enggan menerima Islam kerana hidayah adalah milik Allah swt.

    ♡Membawa manusia yang berada di dalam kegelapan untuk menerima cahaya kebenaran adalah satu pekerjaan yang amat berat. Namun begitu, pekerjaan yang mulia inilah merupakan pekerjaan para nabi dan rasul iaitu membawa manusia ke jalan hidayah. Teruskan berdakwah dengan hikmah dan jangan sesekali memaksa mereka menerima Islam♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 17 Zulkaedah 1445H☆ لَاۤ إِكۡرَاهَ فِی ٱلدِّینِۖ قَد تَّبَیَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَیِّۚ فَمَن یَكۡفُرۡ بِٱلطَّـٰغُوتِ وَیُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِیعٌ عَلِیمٌ "Tidak ada paksaan dalam ugama (Islam), kerana sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan Taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali ugama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui" [Surah al-Baqarah 256] #Berkata Imam at-Thabari rahimahullah: "Ahli tafsir berbeza pendapat tentang makna 'tiada paksaan dalam agama'. Sebahagian mereka berkata ayat ini turun untuk menjawab kemusykilan kaum Ansar atau seorang lelaki dari kalangan mereka yang mempunyai beberapa orang anak yang telah mereka jadikan penganut agama yahudi atau nasrani. Apabila Allah menurunkan Islam, mereka mahu memaksa anak-anak mereka itu agar memeluk Islam. Maka Allah melarang mereka berbuat demikian. Sebaliknya mereka hendaklah membiarkan anak-anak mereka itu sendiri yang memilih untuk memeluk Islam. #Antara riwayat yang menyebut demikian ialah apa yang diambil daripada Imam Said bin Jubair rahimahullah daripada Ibn Abbas r.a: "Seorang wanita dikatakan miqlat, iaitu selalu kematian anak. Lalu dia bernazar sekiranya ada anaknya yang hidup dia akan menjadikan anak itu yahudi. Ketika Bani Nadhir diusir dari Madinah, terdapat bersama dengan mereka anak-anak orang Ansar (termasuk anak wanita itu). Mereka bertekad tidak akan membiarkan anak-anak mereka bersama yahudi. Lalu Allah turunkan ayat ini". #Riwayat yang lain, daripada maula Sayidina Zaid bin Thabit r.a daripada Ikrimah atau Said bin Jubair daripada Sayidina Ibn Abbas r.a: "Ayat ini turun mengenai seorang lelaki Ansar daripada Bani Salim bin Auf bernama Husain. Dia mempunyai dua orang anak yang menganut agama Nasrani sedangkan dia seorang muslim. Dia berkata kepada Nabi saw:" Tidakkah aku harus memaksa kedua-duanya? Sesungguhnya kedua-duanya tidak mahu terima kecuali Nasrani!". Maka Allah menurunkan ayat ini bagi menjawab persoalan itu. #Jika kita renungi ayat di atas serta sebab turunnya secara mendalam, akan memahamkan kita bahawa Allah swt memberikan kebebasan kepada hambaNya untuk memilih agama mereka. #Justeru, tanggungjawab kita sebagai muslim adalah memberi penerangan dengan jelas dan berhikmah supaya nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Apabila telah nyata, maka terserah kepada mereka membuat pilihan sama ada menerima kebenaran agama Islam atau masih belum mahu menerima Islam. Tiada sebarang paksaan. #Jika mereka masih belum menerima, teruskan usaha dakwah tanpa putus asa. Tidak perlu rasa bersalah jika mereka terus enggan menerima Islam kerana hidayah adalah milik Allah swt. ♡Membawa manusia yang berada di dalam kegelapan untuk menerima cahaya kebenaran adalah satu pekerjaan yang amat berat. Namun begitu, pekerjaan yang mulia inilah merupakan pekerjaan para nabi dan rasul iaitu membawa manusia ke jalan hidayah. Teruskan berdakwah dengan hikmah dan jangan sesekali memaksa mereka menerima Islam♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    0 Comments 0 Shares 16834 Views
  • Tadabbur Diri 8
    Kenalilah HATI ( القلب ) dalam dirimu.
    1. HATI ( القلب ) tempat bertapak dan suburnya keimanan dan hidayah.
    وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَـٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ﴿الحجرات: ٧﴾
    tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
    (Al Hujurat : 7)
    وَمَن يُؤْمِن بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿التغابن: ١١﴾
    dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
    (At Taghabun: 11)
    2. HATI ( القلب ) tempat terbinanya ketakwaan.
    ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّـهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ ﴿الحج: ٣٢﴾
    Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.
    (Al Hajj : 32)
    إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِندَ رَسُولِ اللَّـهِ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّـهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿الحجرات: ٣﴾
    Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
    (Al Hujurat : 3)
    3. HATI ( القلب ) tempat timbulnya perasaan KHAUF (خوف) dan KHASYAH (خشية)
    إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّـهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿الأنفال: ٢﴾
    Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
    (Al Anfal : 2)
    رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّـهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ ﴿النور: ٣٧﴾
    laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
    (An Nur : 37)
    وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ ﴿غافر: ١٨﴾
    Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan ( terdiam ) menahan kesedihan.
    (Ghafir : 18)
    اللَّـهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَرَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّـهِ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّـهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ وَمَن يُضْلِلِ اللَّـهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ ﴿الزمر: ٢٣﴾
    Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (iaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gementar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
    (Az Zumar: 23)
    4. HATI ( القلب ) tempat di mana Allah Azza wa Jalla diingati dan tempat ketenangan ( السكينة )dan ketenteram ( الاطمئنان ).
    هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّـهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّـهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ﴿الفتح: ٤﴾
    Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
    (Al Fath : 4)
    ‎الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
    ﴿الرعد: ٢٨﴾
    (iaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
    (Ar Ra'du : 28)
    وَمَا جَعَلَهُ اللَّـهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّـهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ ﴿آل عمران: ١٢٦﴾
    Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
    (Ali 'Imran : 126)
    5. HATI ( القلب ) tempat bersemainya dan berkumpulnya kasih sayang.
    وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّـهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿آل عمران: ١٠٣﴾
    Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
    (Ali 'Imran : 103)
    وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿الأنفال: ٦٣﴾
    dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
    (Al Anfal : 23)
    6. HATI ( القلب ) juga tempat munculnya berbagai sangkaan buruk
    إِذْ جَاءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّـهِ الظُّنُونَا ﴿الأحزاب: ١٠﴾
    (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
    (Al Ahzab : 10)
    7. HATI ( القلب ) tempat punca sebenar BUTA dari mengenal Allah Azza wa Jalla dan dari mengenal kebenaran.
    أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ ﴿الحج: ٤٦﴾
    maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
    (Al Hajj : 42)
    8. Bahkan HATI ( القلب ) lah jua tempat tapak tumbuhnya penyakit-penyakit syubhat yang membinasakan.
    فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّـهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ ﴿البقرة: ١٠﴾
    Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
    (Al Baqarah : 10)
    إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ ﴿التوبة: ٤٥﴾
    Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.
    (At Taubah : 45)
    وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ ﴿التوبة: ١٢٥﴾

    Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.

    (At Taubah : 125)


    Alangkah hebatnya HATI ( القلب ) mu, justeru kenalilah HATI ( القلب ) mu sendiri.




    ABi
    Tadabbur Diri 8 Kenalilah HATI ( القلب ) dalam dirimu. 1. HATI ( القلب ) tempat bertapak dan suburnya keimanan dan hidayah. وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَـٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ﴿الحجرات: ٧﴾ tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (Al Hujurat : 7) وَمَن يُؤْمِن بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿التغابن: ١١﴾ dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (At Taghabun: 11) 2. HATI ( القلب ) tempat terbinanya ketakwaan. ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّـهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ ﴿الحج: ٣٢﴾ Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Al Hajj : 32) إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِندَ رَسُولِ اللَّـهِ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّـهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿الحجرات: ٣﴾ Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al Hujurat : 3) 3. HATI ( القلب ) tempat timbulnya perasaan KHAUF (خوف) dan KHASYAH (خشية) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّـهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿الأنفال: ٢﴾ Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Al Anfal : 2) رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّـهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ ﴿النور: ٣٧﴾ laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (An Nur : 37) وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ ﴿غافر: ١٨﴾ Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan ( terdiam ) menahan kesedihan. (Ghafir : 18) اللَّـهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَرَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّـهِ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّـهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ وَمَن يُضْلِلِ اللَّـهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ ﴿الزمر: ٢٣﴾ Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (iaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gementar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. (Az Zumar: 23) 4. HATI ( القلب ) tempat di mana Allah Azza wa Jalla diingati dan tempat ketenangan ( السكينة )dan ketenteram ( الاطمئنان ). هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّـهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّـهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ﴿الفتح: ٤﴾ Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (Al Fath : 4) ‎الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿الرعد: ٢٨﴾ (iaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra'du : 28) وَمَا جَعَلَهُ اللَّـهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّـهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ ﴿آل عمران: ١٢٦﴾ Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ali 'Imran : 126) 5. HATI ( القلب ) tempat bersemainya dan berkumpulnya kasih sayang. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّـهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿آل عمران: ١٠٣﴾ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali 'Imran : 103) وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿الأنفال: ٦٣﴾ dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (Al Anfal : 23) 6. HATI ( القلب ) juga tempat munculnya berbagai sangkaan buruk إِذْ جَاءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّـهِ الظُّنُونَا ﴿الأحزاب: ١٠﴾ (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (Al Ahzab : 10) 7. HATI ( القلب ) tempat punca sebenar BUTA dari mengenal Allah Azza wa Jalla dan dari mengenal kebenaran. أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ ﴿الحج: ٤٦﴾ maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al Hajj : 42) 8. Bahkan HATI ( القلب ) lah jua tempat tapak tumbuhnya penyakit-penyakit syubhat yang membinasakan. فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّـهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ ﴿البقرة: ١٠﴾ Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (Al Baqarah : 10) إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ ﴿التوبة: ٤٥﴾ Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. (At Taubah : 45) وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ ﴿التوبة: ١٢٥﴾ Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. (At Taubah : 125) Alangkah hebatnya HATI ( القلب ) mu, justeru kenalilah HATI ( القلب ) mu sendiri. ABi
    0 Comments 0 Shares 13430 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 20 Rejab 1445H☆

    وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا

    "Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu, dan janganlah pula engkau menghulurkannya dengan sehabis-habisnya, kerana akibatnya akan tinggalah engkau dengan keadaan yang tercela serta kering keputusan” [Surah al-Isra’ 29]

    #Jauhi sifat bakhil kerana ia membinasakan akhirat seseorang. Sifat bakhil perlu dihapuskan dalam kehidupan seseorang kerana bakhil itu membawa permusuhan dan pertelingkahan yang boleh mendatangkan kerugian.

    #Daripada Sayidina Jabir r.a bahawasanya Rasulullah saw telah bersabda:

    اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ

    “Takutilah (jauhilah) kezaliman kerana sesungguhnya kezaliman itu adalah kegelapan di hari kiamat dan takutilah (jauhilah) perangai bakhil kerana bakhil itu telah membinasakan orang yang dahulu daripada kamu iaitu membawa mereka melakukan pertumpahan darah sesama mereka dan menghalalkan perkara-perkara yang diharamkan kepada mereka" (HR Muslim)

    #Selain itu, tamak kepada dunia dan kedekut dengan apa yang dimiliki sentiasa mendorong manusia melakukan maksiat dan dosa dan menjuruskan mereka kepada perbuatan keji dan kemungkaran.

    #Hari ini kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dikalangan umat Islam. Ekonomi kapitalis dan budaya hidup mewah menjadikan kita tidak peka terhadap sesama saudara seMuslim. Lingkungan keluarga dan masyarakat kita telah berhasil menanamkan jiwa invidualisme. Yang penting saya menjadi kaya, cukup, semua keperluan serba ada, dan tidak memikirkan keperluan saudaranya yang lain.

    #Disebabkan itulah muncul berbagai bentuk kebakhilan. Bakhilnya seorang pendakwah untuk menyampaikan kebenaran kerana takut nikmat dunianya berkurang. Bakhilnya seorang pemimpin untuk menggunakan kepimpinannya  membela islam dan kebenaran. Bakhilnya seseorang untuk mengorbankan waktunya berfikir untuk kemajuan Islam. Bakhilnya seseorang untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah swt.

    #Lebih parah lagi adalah bakhilnya seseorang untuk memberikan kemudahan kepada orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang kecil dan remeh. Orang yang bakhil tidak akan mahu memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwa dan ruhnya untuk Islam.

    #Ingatlah bahawa sifat bakhil menyebabkan seseorang itu dijauhkan daripada keimanan kepada Allah swt. Sifat bakhil akan mengikis keimanan seseorang sedikit demi sedikit. Sabda Rasulullah saw:

    لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

    “Sifat bakhil dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya” (Al-Musnad, Imam Ahmad, dan Shahih Ibni Hibban)

    ♡Islam sangat membenci sifat bakhil. Ini kerana sifat bakhil salah satu dari karakter orang munafiq yang tidak mahu berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah sentiasa berkorban dengan apa sahaja demi islam♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 20 Rejab 1445H☆ وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا "Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu, dan janganlah pula engkau menghulurkannya dengan sehabis-habisnya, kerana akibatnya akan tinggalah engkau dengan keadaan yang tercela serta kering keputusan” [Surah al-Isra’ 29] #Jauhi sifat bakhil kerana ia membinasakan akhirat seseorang. Sifat bakhil perlu dihapuskan dalam kehidupan seseorang kerana bakhil itu membawa permusuhan dan pertelingkahan yang boleh mendatangkan kerugian. #Daripada Sayidina Jabir r.a bahawasanya Rasulullah saw telah bersabda: اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ “Takutilah (jauhilah) kezaliman kerana sesungguhnya kezaliman itu adalah kegelapan di hari kiamat dan takutilah (jauhilah) perangai bakhil kerana bakhil itu telah membinasakan orang yang dahulu daripada kamu iaitu membawa mereka melakukan pertumpahan darah sesama mereka dan menghalalkan perkara-perkara yang diharamkan kepada mereka" (HR Muslim) #Selain itu, tamak kepada dunia dan kedekut dengan apa yang dimiliki sentiasa mendorong manusia melakukan maksiat dan dosa dan menjuruskan mereka kepada perbuatan keji dan kemungkaran. #Hari ini kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dikalangan umat Islam. Ekonomi kapitalis dan budaya hidup mewah menjadikan kita tidak peka terhadap sesama saudara seMuslim. Lingkungan keluarga dan masyarakat kita telah berhasil menanamkan jiwa invidualisme. Yang penting saya menjadi kaya, cukup, semua keperluan serba ada, dan tidak memikirkan keperluan saudaranya yang lain. #Disebabkan itulah muncul berbagai bentuk kebakhilan. Bakhilnya seorang pendakwah untuk menyampaikan kebenaran kerana takut nikmat dunianya berkurang. Bakhilnya seorang pemimpin untuk menggunakan kepimpinannya  membela islam dan kebenaran. Bakhilnya seseorang untuk mengorbankan waktunya berfikir untuk kemajuan Islam. Bakhilnya seseorang untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah swt. #Lebih parah lagi adalah bakhilnya seseorang untuk memberikan kemudahan kepada orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang kecil dan remeh. Orang yang bakhil tidak akan mahu memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwa dan ruhnya untuk Islam. #Ingatlah bahawa sifat bakhil menyebabkan seseorang itu dijauhkan daripada keimanan kepada Allah swt. Sifat bakhil akan mengikis keimanan seseorang sedikit demi sedikit. Sabda Rasulullah saw: لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا “Sifat bakhil dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya” (Al-Musnad, Imam Ahmad, dan Shahih Ibni Hibban) ♡Islam sangat membenci sifat bakhil. Ini kerana sifat bakhil salah satu dari karakter orang munafiq yang tidak mahu berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah sentiasa berkorban dengan apa sahaja demi islam♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    0 Comments 0 Shares 9698 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 19 Rejab 1445H☆

    وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا

    "Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu, dan janganlah pula engkau menghulurkannya dengan sehabis-habisnya, kerana akibatnya akan tinggalah engkau dengan keadaan yang tercela serta kering keputusan” [Surah al-Isra’ 29]

    #Sifat bakhil merupakan sifat keji dan tercela. Allah swt sangat membenci orang yang bakhil lagi kedekut.

    #Hari kiamat tidak akan berlaku sehingga manusia akan diperlihatkan dengan tanda yang jelas seperti sifat bakhil yang berleluasa berlaku dalam kalangan manusia.

    #Sifat bakhil adalah penyakit jiwa yang sedang melanda manusia khususnya membabitkan umat Islam. Pada saat ini manusia di uji dengan limpahan harta kekayaan dan rezeki yang berterusan namun dalam masa sama sifat kedekut dan bakhil menjadi penghalang utama mereka untuk menggunakan harta kurniaan Allah swt kepada jalan yang benar.

    #Diriwayatkan daripada Sayidina Abu Hurairah r.a berkata, Nabi saw bersabda: "Salah satu tanda kiamat ialah meluasnya sifat kedekut." (HR at-Thabrani)

    #Nabi saw bersabda lagi dalam hadis yang lain tentang apa yang akan terjadi sebelum kiamat: "Masa akan menjadi singkat, ilmu semakin berkurang, dicampakkan kepada hati manusia kebakhilan melampau dan banyaknya harj iaitu pembunuhan demi pembunuhan." (HR al-Bukhari dan Muslim)

    #Perkataan kebakhilan dalam hadis ini merujuk kepada sifat kebakhilan yang disertai dengan ketamakan dan semua perkara yang menghalang seseorang daripada bersedekah atau melakukan amal kebajikan. Penyakit jiwa yang melanda manusia ini mengakibatkan rezeki kurniaan Allah swt yang sepatutnya dikeluarkan bagi tujuan membantu orang yang kurang berkemampuan tidak dapat dilaksanakan. Kebimbangan mereka akan menjadi fakir dan miskin menyebabkan limpahan harta disimpan sehingga tidak mampu untuk dimanfaatkan kepada orang lain.

    #Firman Allah swt:

    وَلَا یَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِینَ یَبۡخَلُونَ بِمَاۤ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَیۡرࣰا لَّهُمۖ بَلۡ هُوَ شَرࣱّ لَّهُمۡۖ سَیُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا۟ بِهِۦ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِۗ وَلِلَّهِ مِیرَ ٰ⁠ثُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِیرࣱ

    "Dan jangan sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta benda yang telah dikurniakan Allah kepada mereka dari kemurahanNya - menyangka bahawa keadaan bakhilnya itu baik bagi mereka. Bahkan ia adalah buruk bagi mereka. Mereka akan dikalongkan (diseksa) dengan apa yang mereka bakhilkan itu pada hari kiamat kelak. Dan bagi Allah jualah hak milik segala warisan (isi) langit dan bumi. Dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui dengan mendalam akan segala yang kamu kerjakan" [Surah Ali-ʿImran 180]

    ♡Sifat bakhil adalah sikap yang tercela sehingga Allah swt memberi ancaman kepada mereka dengan seksaan
    yang menghinakan dan merendah-rendahkan mereka. Orang bakhil tergolong dalam kalangan orang yang kufur dengan rezeki pemberian daripada Allah swt sehingga tidak ingin mensyukuri segala nikmat yang melimpah ruah dengan berkongsi rezeki dengan orang lain♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 19 Rejab 1445H☆ وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا "Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu, dan janganlah pula engkau menghulurkannya dengan sehabis-habisnya, kerana akibatnya akan tinggalah engkau dengan keadaan yang tercela serta kering keputusan” [Surah al-Isra’ 29] #Sifat bakhil merupakan sifat keji dan tercela. Allah swt sangat membenci orang yang bakhil lagi kedekut. #Hari kiamat tidak akan berlaku sehingga manusia akan diperlihatkan dengan tanda yang jelas seperti sifat bakhil yang berleluasa berlaku dalam kalangan manusia. #Sifat bakhil adalah penyakit jiwa yang sedang melanda manusia khususnya membabitkan umat Islam. Pada saat ini manusia di uji dengan limpahan harta kekayaan dan rezeki yang berterusan namun dalam masa sama sifat kedekut dan bakhil menjadi penghalang utama mereka untuk menggunakan harta kurniaan Allah swt kepada jalan yang benar. #Diriwayatkan daripada Sayidina Abu Hurairah r.a berkata, Nabi saw bersabda: "Salah satu tanda kiamat ialah meluasnya sifat kedekut." (HR at-Thabrani) #Nabi saw bersabda lagi dalam hadis yang lain tentang apa yang akan terjadi sebelum kiamat: "Masa akan menjadi singkat, ilmu semakin berkurang, dicampakkan kepada hati manusia kebakhilan melampau dan banyaknya harj iaitu pembunuhan demi pembunuhan." (HR al-Bukhari dan Muslim) #Perkataan kebakhilan dalam hadis ini merujuk kepada sifat kebakhilan yang disertai dengan ketamakan dan semua perkara yang menghalang seseorang daripada bersedekah atau melakukan amal kebajikan. Penyakit jiwa yang melanda manusia ini mengakibatkan rezeki kurniaan Allah swt yang sepatutnya dikeluarkan bagi tujuan membantu orang yang kurang berkemampuan tidak dapat dilaksanakan. Kebimbangan mereka akan menjadi fakir dan miskin menyebabkan limpahan harta disimpan sehingga tidak mampu untuk dimanfaatkan kepada orang lain. #Firman Allah swt: وَلَا یَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِینَ یَبۡخَلُونَ بِمَاۤ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَیۡرࣰا لَّهُمۖ بَلۡ هُوَ شَرࣱّ لَّهُمۡۖ سَیُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا۟ بِهِۦ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِۗ وَلِلَّهِ مِیرَ ٰ⁠ثُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِیرࣱ "Dan jangan sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta benda yang telah dikurniakan Allah kepada mereka dari kemurahanNya - menyangka bahawa keadaan bakhilnya itu baik bagi mereka. Bahkan ia adalah buruk bagi mereka. Mereka akan dikalongkan (diseksa) dengan apa yang mereka bakhilkan itu pada hari kiamat kelak. Dan bagi Allah jualah hak milik segala warisan (isi) langit dan bumi. Dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui dengan mendalam akan segala yang kamu kerjakan" [Surah Ali-ʿImran 180] ♡Sifat bakhil adalah sikap yang tercela sehingga Allah swt memberi ancaman kepada mereka dengan seksaan yang menghinakan dan merendah-rendahkan mereka. Orang bakhil tergolong dalam kalangan orang yang kufur dengan rezeki pemberian daripada Allah swt sehingga tidak ingin mensyukuri segala nikmat yang melimpah ruah dengan berkongsi rezeki dengan orang lain♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    Like
    1
    0 Comments 0 Shares 9540 Views
  • SEJARAH RASULULLAH SAW :


    Nabi Muhammad SAW
    Pemimpin politik Arab dan
    Pengasas Islam

    Nabi Muhammad bin Abdullah
    (570 M - 8 Jun 632 M)
    Baginda juga adalah pemimpin yang menyatukan Semenanjung Arab kepada satu tatanegara di bawah pemerintahan Islam.
    Nabi Muhammad SAW dianggap oleh umat Islam sebagai pemulih keimanan monoteistik ajaran nabi-nabi terdahulu yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan nabi-nabi yang terdahulu.

    Nabi Muhammad Bin Abdullāh
    KELAHIRAN :
    12 Rabiulawal Tahun Gajah (20 April 571)
    Mekkah, Semenanjung Arab
    (kini Arab Saudi)

    WAFATNYA RASULULLAH SAW :
    8 Jun 632
    Madinah, Semenanjung Arab
    (kini Arab Saudi)

    SEBAB KEWAFATAN :
    Sakit (demam panas)

    RASULULLAH SAW DIKEBUMIKAN :
    Makam di Masjid Nabawi, Madinah.

    NAMA-NAMA LAIN RASULULLAH SAW :
    1. Al-Amin,
    2. As-Saadiq,
    3. RASUL Allāh
    4. Abu al-Qasim dan ada banyak lagi sebenarnya 201.

    UMUR PASANGAN RASULULLAH SAW
    KETIKA BERNIKAH :
    1. Khadijah binti Khuwailid
    40 Tahun (555-619).

    2. Saudah binti Zam'ah
    50 Tahun (619-632).

    3. Aisyah binti Abu Bakar Al-Siddiq
    9 tahun (619-632).

    4. Hafsah binti Umar Al-Khattab
    19 Tahun (624-632).

    5. Zainab binti Khuzaimah
    29 Tahun (625-627).

    6. Zainab binti Jansyin
    35 Tahun (627-632).

    7. Juwairiah binti Al-Harith
    19 Tahun (628-632).

    8. Ramlah binti Abu Sufian
    32 Tahun (628-632).

    9. Hindun binti Abi Umaiyah
    28 Tahun (629-632).

    10. Raihanah binti Zaid
    (629-631)

    11. Safiyah binti Huyay
    16 Tahun (629-632).

    12. Maimunah binti Al-Harith
    25 Tahun (630-632).

    13. Mariyah al-Qibthiyah
    (630-632).

    IBU BAPA RASULULLAH SAW :
    AYAH : Abdullah bin Abdul Muttalib
    IBU : Āminah bt Wahab


    SEJARAH RINGKAS :

    DILAHIRKAN DI MAKKAH DAN DIJAGA :
    Semenanjung Arab,
    Baginda adalah anak yatim piatu sejak kecil lagi dimana baginda dijaga oleh
    1. datuknya, Abdul Muttalib bin Hasyim dan 2. seterusnya bapa saudara baginda,
    Abu Talib bin Abdul Muttalib.

    Baginda juga pernah bekerja sebagai pengembala kambing dan saudagar serta perkahwinan pertamanya adalah ketika berusia 25 tahun dimana baginda telah bernikah dengan Khadijah binti Khuwailid (40 tahun).

    Keluarga baginda mengamalkan ajaran Tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa AS daripada Allah SWT.


    WAHYU PERTAMA :
    Ketika Nabi Muhammad berumur 40 tahun, baginda telah menerima wahyu yang pertama daripada Tuhan melalui malaikat Jibril (malaikat yang sama menyampaikan wahyu Allah SWT kepada 5 orang Rasul Ulul Azmi) ketika sedang berada di Gua Hira.


    BERDAKWAH :
    Tiga tahun setelah kejadian itu,
    baginda mula berdakwah secara terbuka kepada penduduk Makkah dengan mengatakan
    "Tuhan itu Esa"
    dan hendaklah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT
    (secara harfiahnya membawa maksud Islam) dan ia adalah satu cara hidup (الدين ad-Din) yang diterima Allah SWT sahaja.

    Nabi Muhammad SAW menerima beberapa orang pengikut pada awalnya yang terdiri daripada pelbagai golongan.

    Ajaran yang dibawa oleh baginda mendapat tentangan yang hebat dalam kalangan penduduk Makkah malahan mereka dilayan dengan teruk dan zalim.
    Oleh itu, Nabi Muhammad SAW telah menghantar beberapa orang pengikutnya ke Habsyah pada 614 M


    HIJRAH :
    sebelum baginda dan pengikutnya lain di Makkah Hijrah ke Madinah
    (dahulu dikenali sebagai Yathrib) pada tahun 622 M.

    Peristiwa penghijrahan Baginda itu menandakan permulaan bagi kalendar Islam atau takwim Hijrah.

    Di Madinah, Baginda telah menyatukan semua suku kaum dibawah Piagam Madinah.


    KEMBALI KE MEKKAH SEMULA :
    Setelah bersengketa dengan penduduk Makkah selama 8 tahun,
    Baginda membawa 10,000 pengikutnya ke Makkah serta membukanya.
    Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya telah memusnahkan patung berhala yang terdapat di Makkah.

    KEWAFATAN RASULULLAH SAW :
    Pada tahun 632 M, beberapa bulan selepas Haji Wida atau Haji Perpisahan,
    Nabi Muhammad SAW telah jatuh sakit
    lalu wafat.

    Ketika kematian Baginda,
    hampir seluruh Semenanjung Arab berada di bawah naungan Islam dan bersatu dengan utuhnya
    (6 Mei 570M atau pun 20 April/26 April 571M).


    KETURUNAN IBU DAN AYAH
    RASULULLAH SAW :
    Ibu Baginda,
    iaitu Aminah binti Wahab,
    adalah anak perempuan kepada
    Wahab bin Abdul Manaf dari keluarga Zahrah.

    Ayah Baginda,
    iaitu Abdullah,
    ialah anak kepada Abdul Muthalib. Keturunannya dikatakan bersusur galur dari Nabi Ismail, anak kepada Nabi Ibrahim kira-kira dalam keturunan keempat puluh.

    Ayah Baginda telah meninggal sebelum kelahiran Baginda.
    Sementara ibu Baginda meninggal ketika Baginda berusia kira-kira enam tahun, menjadikannya seorang anak yatim piatu.


    IBU SUSUAN RASULULLAH SAW :
    Menurut tradisi keluarga atasan Mekkah, Baginda telah dipelihara oleh seorang ibu angkat

    IBU SUSU :
    wanita yang menyusukan baginda yang bernama Halimahtus Sa'adiah di kampung halamannya di pergunungan selama beberapa tahun.

    RASULULLAH SAW DI JAGA :
    Dalam tahun-tahun itu, baginda telah dibawa ke Makkah untuk mengunjungi ibu Baginda Aminah binti Wahab.

    Setelah ibu Baginda wafat,
    Baginda dijaga oleh
    datuknya, Abdul Muthalib.

    Apabila datuknya meninggal,
    Baginda dijaga oleh bapa saudara Baginda, Abu Talib.

    Ketika inilah Baginda sering kali membantu mengembala kambing-kambing bapa saudara Baginda di sekitar Mekkah dan kerap menemani bapa saudara Baginda dalam urusan perdagangan ke Syam (Syria).


    MASA REMAJA RASULULLAH SAW :
    Dalam masa remaja Baginda,
    Nabi Muhammad SAW percaya sepenuhnya dengan keesaan Allah SWT.

    Baginda hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan bongkak.
    Baginda mengamalkan ajaran-ajaran Nabi-Nabi terdahulu terutamanya
    Nabi Isa Al-Masih.

    YANG RASULULLAH SAW SAYANG :
    Baginda menyayangi
    1. orang-orang miskin,
    2. para janda dan
    3. anak-anak yatim serta berkongsi penderitaan mereka dengan berusaha menolong mereka.

    Baginda juga menghindari semua kejahatan yang menjadi amalan biasa di kalangan para belia pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain,
    sehingga Baginda dikenali sebagai
    As Saadiq (yang benar) dan
    Al Amin (yang amanah).

    Baginda sentiasa dipercayai sebagai orang tengah kepada dua pihak yang bertelingkah di kampung halamannya di Mekkah.


    BAGINDA BERUMAHTANGGA :
    Ketika berusia kira-kira 25 tahun,
    ayah saudara Baginda menyarankan Baginda untuk bekerja dengan kafilah
    (rombongan perniagaan) yang dimiliki oleh seorang janda yang bernama Khadijah. Baginda diterima bekerja dan bertanggungjawab terhadap pelayaran ke Syam (Syria).
    Baginda mengelolakan urusniaga itu dengan penuh bijaksana dan pulang dengan keuntungan luar biasa.

    ISTERI DAN ANAK RASULULLAH SAW PERTAMA:
    Khadijah begitu tertarik dengan kejujuran dan watak peribadinya yang mendorong beliau untuk menawarkan diri untuk mengahwini Baginda.
    Baginda menerima lamarannya dan perkahwinan mereka adalah bahagia.

    Mereka dikurniakan 6 orang anak
    (2 lelaki dan 4 perempuan) tetapi kedua-dua anak lelaki mereka,
    Qasim dan Abdullah meninggal semasa kecil.
    Manakala anak perempuan baginda ialah Ruqayyah, Zainab, Ummu Kalsum dan Fatimah az-Zahra.

    Khadijah merupakan satu-satunya isterinya sehinggalah Khadijah meninggal pada
    usia 64 tahun.


    ANAK RASULULLAH SAW DENGAN
    MARIA AL-QIBTIYYAH :
    Seorang lagi anak Baginda adalah hasil perkahwinan Baginda dengan
    Maria al-Qibtiyyah.
    Putera Baginda bersama Maria bernama Ibrahim itu juga meninggal semasa kecil. Isteri-isteri baginda dikenali sebagai "Ummul Mukminin" yang bermaksud
    "ibu orang-orang beriman".

    BAPA DAN IBU SAUDARA
    NABI MUHAMMAD SAW :
    Al-Harith bin Abdul Muttalib
    Muqaddam bin Abdul Muttalib
    Zubair bin Abdul Muttalib
    Hamzah bin Abdul Muttalib
    Al-Abbas bin Abdul Muttalib
    Abu Thalib bin Abdul Muttalib
    Abu Lahab bin Abdul Muttalib
    Abdul Kaabah bin Abdul Muttalib
    Hijin bin Abdul Muttalib
    Dhirar bin Abdul Muttalib
    Ghaidaq bin Abdul Muttalib
    Safiyah binti Abdul Muttalib
    'Atikah binti Abdul Muttalib
    Arwa binti Abdul Muttalib
    Umaimah binti Abdul Muttalib
    Barrah binti Abdul Muttalib
    Ummi Hakim al-Bidha binti Abdul Muttalib
    Hashim bin Abdu'Manan


    KERASULAN :
    Nabi Muhammad SAW telah dilahirkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah.
    Ia sungguh menyedihkan hati Baginda sehingga Baginda kerapkali ke Gua Hira, sebuah gua bukit dekat Makkah,
    yang kemudian dikenali sebagai
    Jabal al-Nour,
    untuk memikirkan cara untuk mengatasi gejala yang dihadapi masyarakatnya.

    Di sinilah Baginda sering bertapa serta berfikir dengan mendalam, memohon kepada Allah SWT supaya memusnahkan kedurjanaan yang kian berleluasa.


    WAHYU PERTAMA :
    Pada suatu malam hari Isnin 21 Ramadan (bersamaan 10 Ogos 610),
    ketika Baginda sedang bertafakur
    di Gua Hira,

    Malaikat Jibril mendatangi Baginda.
    Jibril membangkitkan Baginda dan menyampaikan wahyu Allah SWT
    di telinganya.
    Baginda diminta membaca.

    Baginda menjawab,
    "Saya tidak tahu membaca".

    Jibril mengulangi tiga kali meminta
    Nabi Muhammad SAW untuk membaca tetapi jawapan Baginda tetap sama.

    Baginda menjawab,
    "Saya tidak tahu membaca".

    Akhirnya, Jibril berkata :
    "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
    Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Amat Pemurah
    yang mengajar manusia dengan perantaraan
    (menulis, membaca).
    Dia mengajarkan kepada manusia
    apa yang tidak diketahuinya."

    Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
    Ketika itu baginda berusia 40 tahun setengah.


    WAHYU TURUN SELAMA 23 TAHUN :
    Wahyu itu turun kepada Baginda dari semasa ke semasa dalam jangka masa
    23 tahun.

    Siri wahyu ini telah diturunkan menurut panduan yang diberikan kepada
    Nabi Muhammad SAW dan dikumpulkan dalam buku bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan).


    AL-QURAN DAN AL SUNNAH :
    Kebanyakkan ayat-ayatnya mempunyai
    erti yang jelas.
    Sebahagiannya diterjemah dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebahagiannya pula diterjemah oleh
    Nabi Muhammad SAW sendiri melalui percakapan Baginda,
    tindakan dan persetujuan yang terkenal, dengan nama Sunnah.

    Al-Quran dan al Sunnah digabungkan bersama untuk menjadi panduan dan cara hidup mereka yang menyerahkan diri kepada Allah SWT.


    BERDAKWAH :
    Marhalah dakwah baginda boleh dibahagikan mengikut fasa:

    Fasa di Makkah: hampir 13 tahun
    Dakwah rahsia: 3 tahun
    Dakwah terbuka di Makkah: hampir 7 tahun
    Dakwah kepada semua: 3 tahun
    Fasa Madinah: 10 tahun

    Perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW juga boleh diringkaskan sebagai berikut :

    Pertama:
    Marhalah Tasqif -
    tahap pembinaan dan pengkaderan untuk melahirkan individu-individu yang menyakini pemikiran (fikrah) dan metod (thariqah) parti politik guna membentuk kerangka gerakan.

    Kedua:
    Marhalah Tafa’ul ma’al Ummah -
    tahap berinteraksi dengan umat agar umat turut sama memikul kewajiban dakwah Islam, sehingga umat akan menjadikan Islam sebagai panduan utama dalam hidupnya serta berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

    Ketiga:
    Marhalah Istilamil Hukmi -
    tahap pengambilalihan kekuasaan, dan penerapan Islam secara utuh serta menyeluruh, lalu mengembangkannya sebagai risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.

    didalam kitab sirah dan merupakan satu aktiviti penting dalam marhalah kedua perjuangan Nabi Muhammad SAW
    Lestari atau tidaknya dakwah ditentukan oleh Baginda kerana keberlangsungan dakwah memerlukan dua aspek penting :

    Pertama :
    untuk mendapatkan perlindungan (himayah) sehingga tetap dapat melakukan aktiviti dakwah dalam keadaan aman dan terlindung.

    Kedua :
    untuk mencapai tampuk pemerintahan dalam rangka menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam) dan menerapkan hukum-hukum berdasarkan apa yang telah diturunkan Allah SWT dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

    CABARAN BERDAKWAH :
    Apabila Nabi Muhammad SAW menyeru manusia ke jalan Allah SWT,
    tidak ramai yang mendengar seruannya.

    Kebanyakkan pengikut Baginda adalah dari anggota keluarga Baginda dan dari golongan masyarakat bawahan,
    Antara mereka ialah Khadijah, Ali, Zaid dan Bilal.

    Apabila Baginda memperhebatkan kegiatan dakwah Baginda dengan mengumumkan secara terbuka
    Agama Islam yang disebarkan Baginda, dengan itu ramai yang mengikut Baginda.

    Tetapi pada masa, Baginda menghadapi berbagai cabaran dari kalangan bangsawan dan para pemimpin yang merasakan kedudukan mereka terancam.
    Mereka bangkit bersama untuk mempertahankan agama datuk nenek mereka.

    Semangat penganut Islam meningkat apabila sekumpulan kecil masyarakat yang dihormati di Makkah menganut Agama Islam.

    Antara mereka ialah Abu Bakar, Uthman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harith, Amr bin Nufail dan ramai lagi.

    Akibat cabaran dari masyarakat jahiliyah di Mekkah, sebahagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkir dan dipulaukan.

    Baginda terpaksa bersabar dan mencari perlindungan untuk pengikutnya.
    Baginda meminta Negus Raja Habsyah, untuk membenarkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya.
    Negus mengalu-alukan ketibaan mereka dan tidak membenarkan mereka diserah kepada penguasa di Makkah.

    HIJRAH :
    Di Makkah terdapat Kaabah yang telah dibina oleh Nabi Ibrahim a.s.
    beberapa abad lalu sebagai pusat penyatuan umat untuk beribadat kepada Allah SWT.
    Sebelumnya ia dijadikan oleh masyarakat jahiliyah sebagai tempat sembahyang selain dari Allah SWT.

    Mereka datang dari berbagai daerah Arab, mewakili berbagai suku ternama.
    Ziarah ke Kaabah dijadikan mereka sebagai sebuah pesta tahunan.
    Orang ramai bertemu dan berhibur dengan kegiatan-kegiatan tradisi mereka dalam kunjungan ini.

    Baginda mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam.
    Antara mereka yang tertarik dengan seruan Baginda ialah sekumpulan orang dari Yathrib (Madinah).

    Mereka menemui Baginda dan beberapa orang Islam dari Mekah di desa bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi.

    Setelah menganut Islam, mereka bersumpah untuk melindungi Islam,
    Nabi Muhammad SAW dan orang-orang Islam Mekkah.

    Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Makkah. Mereka menemui Nabi Muhammad di tempat yang mereka bertemu sebelumnya. Kali ini, Abbas bin Abdul Muthalib,
    pakcik Baginda yang belum menganut Islam hadir dalam pertemuan itu.
    Mereka mengundang Baginda dan orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib.

    Mereka berjanji akan melayani mereka sebagai saudara seAgama.
    Dialog yang memakan masa agak lama diadakan antara mayarakat Islam Yathrib dengan pakcik Nabi Muhammad SAW untuk memastikan mereka sesungguhnya berhasrat mengalu-alukan masyarakat Islam Mekkah di bandar mereka.
    Nabi Muhammad SAW akhirnya bersetuju untuk berhijrah beramai-ramai ke bandar baru itu.


    HIJRAH KE MADINAH (YATHRIB) :
    Mengetahui ramai masyarakat Islam merancang meninggalkan Makkah, masyarakat jahiliyah Mekkah cuba menghalang mereka.
    Namun kumpulan pertama telahpun berjaya berhijrah ke Yathrib.
    Masyarakat jahiliyah Mekkah bimbang hijrah ke Yathrib akan memberi peluang kepada orang Islam untuk mengembangkan Agama mereka ke daerah-daerah yang lain.

    Hampir dua bulan seluruh masyarakat Islam dari Makkah kecuali
    Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, Ali dan beberapa orang yang daif, telah berhijrah.


    RANCANGAN MEMBUNUH
    RASULULLAH SAW :
    Masyarakat Mekkah kemudian memutuskan untuk membunuh Baginda. Mereka merancang namun tidak berjaya. Dengan berbagai taktik dan rancangan yang teratur,
    Nabi Muhammad SAW akhirnya sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenali sebagai, 'Bandar Rasulullah SAW'.


    MADINAH :
    Di Madinah, kerajaan Islam diwujudkan di bawah pimpinan Baginda umat Islam bebas mengerjakan solat di Madinah.

    Musyrikin Makkah mengetahui akan perkara ini kemudiannya melancarkan beberapa serangan ke atas Madinah tetapi kesemuanya ditangkis dengan mudah oleh umat Islam.

    Satu perjanjian kemudiannya dibuat dengan memihak kepada pihak Quraish Makkah.
    Walau bagaimanapun perjanjian itu dicabuli oleh mereka dengan menyerang sekutu umat Islam.
    Orang Muslim pada ketika ini menjadi semakin kuat telah membuat keputusan untuk menyerang musyrikin Makkah memandangkan perjanjian telah dicabuli.


    PEMBUKAAN KOTA MAKKAH :
    Pada tahun kelapan selepas penghijrahan ke Madinah berlaku,
    Nabi Muhammad SAW berlepas ke Makkah.

    Tentera Islam yang seramai 10,000 orang tiba di Makkah dengan penuh bersemangat.
    Takut akan nyawa mereka terkorban, penduduk Makkah bersetuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa sebarang syarat.
    Nabi Muhammad SAW kemudian mengarahkan supaya kesemua berhala dan patung-patung di sekeliling Kaabah dimusnahkan.


    MENELADANI PERBUATAN
    NABI MUHAMMAD SAW :
    Perbuatan-perbuatan yang dilakukan
    Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua cara.
    Ada yang termasuk perbuatan-perbuatan jibiliyah, iaitu perbuatan yang dilakukan manusia secara Fitriah, dan ada pula perbuatan-perbuatan selain jibiliyah.

    Perbuatan-perbuatan jibiliyah,
    seperti berdiri, duduk, makan, minum dan lain sebagainya, tidak ada perselisihan bahawa status perbuatan tersebut adalah mubah (harus), baik bagi
    Nabi Muhammad SAW maupun bagi umatnya.
    Oleh kerana itu, perbuatan tersebut tidak termasuk dalam kategori mandub (sunat).

    Sedangkan perbuatan-perbuatan yang bukan jibiliyah, boleh jadi termasuk dalam hal-hal yang ditetapkan khusus bagi
    Nabi Muhammad SAW, dimana tidak seorang pun diperkenankan mengikutinya (haram);
    atau boleh jadi tidak termasuk dalam perbuatan yang diperuntukkan khusus bagi Baginda.


    KHUSUS BAGI RASULULLAH SAW :
    Apabila perbuatan itu telah ditetapkan khusus bagi Nabi Muhammad SAW,
    seperti dibolehkan Baginda melanjutkan puasa pada malam hari tanpa berbuka, atau dibolehkannya menikah dengan lebih dari empat wanita, dan lain sebagainya dari kekhususan Baginda;
    maka dalam hal ini kita tidak diperkenankan mengikuti Baginda.

    Sebab,
    perbuatan-perbuatan tersebut telah terbukti diperuntukkan khusus bagi Baginda berdasarkan Ijmak Sahabat.
    Oleh kerana itu tidak dibolehkan meneladani Baginda dalam perbuatan-perbuatan semacam ini.

    Akan halnya dengan perbuatan Baginda yang kita kenal sebagai penjelas bagi kita, tidak ada perselisihan bahawa hal itu merupakan dalil.
    Dalam hal ini penjelasan tersebut boleh berupa perkataan, seperti

    RASULULLAH SAW BERSABDA :
    “ Solatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku solat ”.

    RASULULLAH SAW BERSABDA
    " Laksanakan manasik hajimu berdasarkan manasikku (apa yang telah aku kerjakan) ".

    Hadis ini menunjukkan bahawa perbuatan Baginda merupakan penjelas,
    agar kita mengikutinya.

    Penjelasan Baginda boleh juga berupa qaraain al ahwal, yakni qarinah/perbuatan yang menerangkan bentuk perbuatan, seperti memotong pergelangan pencuri sebagai penjelas,

    ALLAH SWT BERFIRMAN :
    " Maka potonglah tangan keduanya ."
    (SURAH AL-MAIDAH : 38)

    Status penjelas yang terdapat dalam perbuatan Baginda, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang menerangkan bentuk perbuatan, dapat mengikuti hukum apa yang telah dijelaskan, apakah itu
    wajib,
    haram,
    mandub(sunat) atau
    mubah(harus) sesuai dengan arah penunjukan dalil.

    Sedangkan perbuatan-perbuatan Baginda yang tidak terdapat di dalamnya perbuatan yang menunjukkan bahawa hal itu merupakan penjelas,
    bukan penolakan dan bukan pula ketetapan.
    Maka dalam hal ini perlu diperhatikan apakah di dalamnya terdapat maksud untuk bertaqarrub
    (mendekatkan diri kepada Allah SWT)
    atau tidak.
    Apabila di dalamnya terdapat keinginan untuk bertaqarrub kepada Allah SWT
    maka perbuatan itu termasuk mandub (sunat),
    di mana seseorang akan mendapatkan pahala atas perbuatannya itu dan tidak mendapatkan balasan jika meninggalkannya.

    Misalnya Solat Duha.
    Sedangkan jika tidak terdapat di
    dalamnya keinginan untuk bertaqarrub, maka perbuatan tersebut termasuk
    mubah (harus).

    PESANAN TERAKHIR MUHAMMAD
    (ISI KHUTBAH TERAKHIR MUHAMMAD) :
    Ketika Nabi Muhammad SAW
    mengerjakan ibadah haji yang terakhir,
    maka pada 9 Zulhijjah tahun 10 hijarah
    di Lembah Uranah, Bukit Arafah,
    Baginda menyampaikan khutbah terakhirnya di hadapan kaum Muslimin,
    di antara isi dari khutbah terakhir
    Nabi Muhammad SAW itu ialah:

    " Wahai manusia,
    dengarlah baik-baik apa yang hendak ku katakan, Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini.

    Oleh itu, dengarlah dengan teliti kata-kataku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir disini pada hari ini.

    1. "Wahai manusia, sepertimana kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci, anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah suci.

    2. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak.

    3. Janganlah kamu sakiti sesiapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu lagi.

    4. Ingatlah bahawa sesungguhya kamu akan menemui Tuhan kamu dan DIA pasti membuat perhitungan di atas segala amalan kamu.

    5. Allah SWT telah mengharamkan riba, oleh itu, segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.

    6. "Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu.
    syaitan telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar,
    maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikutinya dalam perkara-perkara kecil.

    7. "Wahai manusia sebagaimana kamu mempunyai hak atas isteri kamu,
    mereka juga mempunyai hak ke atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu,
    maka mereka juga berhak diberikan makan dan pakaian, dalam suasana kasih sayang.
    Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik dan berlemah-lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia.
    Dan hak kamu atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.

    8. "Wahai manusia,
    dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini,
    sembahlah Allah SWT,
    dirikanlah solat lima waktu,
    berpuasalah di bulan Ramadhan, dan tunaikanlah zakat dari harta kekayaan kamu.
    Kerjakanlah ibadah haji sekiranya kamu mampu.

    9. Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain.
    Kamu semua adalah sama;
    tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam Taqwa dan beramal soleh.

    10. "Ingatlah, bahawa kamu akan menghadap Allah SWT pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan diatas segala apa yang telah kamu kerjakan.
    Oleh itu, awasilah agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.

    11. "Wahai manusia,
    tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir Agama baru.

    Oleh itu wahai manusia.
    Nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada kamu.

    Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya.
    Itulah Al-Qur'an dan Sunnahku.

    12. "Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku, menyampaikan pula kepada orang lain.
    Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku dari mereka yang terus mendengar dariku.

    Saksikanlah Ya Allah,
    bahawasanya telah aku sampaikan risalah-MU kepada hamba-hamba-MU."


    RINGKASAN PERKEMBANGAN ISLAM :
    570M-
    Nabi Muhammad SAW dilahirkan.

    610M-
    Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira'.

    615M-
    Orang Muslim didera oleh puak Quraish.
    Hijrah pertama ke Habsyah.

    616M-
    Sayidina Hamzah dan
    Saidina Umar memeluk Islam.
    Hijrah kedua ke Habsyah.

    619M-
    Khadijah ra (isteri Baginda) dan
    Abu Talib (bapa saudara Baginda)
    meninggal dunia.
    Melawat Taif.
    Peristiwa Isra dan Mi'raj berlaku.

    621M-
    Baiat Aqabah 1.

    622M-
    Baiat Aqabah 2.
    Hijrah ke Madinah.
    Daulah Islamiyah dibina.

    624M-
    Perang Badar.

    625M-
    Perang Uhud.

    627M-
    Perang Ahzab.

    628M-
    Perjanjian Hudaibiyah.

    629M-
    Perang Khaibar dan dalam menentang tentera Rom Byzantine,
    Baginda menghantar tentera Islam dalam Perang Mu'tah.

    630M-
    Pembukaan Makkah.
    Perang Hunain.

    631M-
    Perang Tabuk.

    632M-
    Kewafatan RASULULLAH SAW,
    perlantikan Syaidina Abu Bakar sebagai khalifah.


    KEWAFATAN SAHABAT
    RASULULLAH SAW :

    1. Ali bin Abi Thalib
    lahir di Makkah
    Wafat 40 H

    2. Hasan bin Ali
    lahir di Madinah
    Wafat 50 H

    3. Husain bin Ali
    lahir di Madinah
    Wafat 61 H

    4. Ali bin Husain
    lahir di Madinah
    Wafat 95 H

    5. Muhammad al-Baqir
    lahir di Madinah
    Wafat 114

    6. Ja’far ash-Shadiq
    lahir di Madinah
    Wafat 148

    7. Musa al-Kadzim
    lahir di Madinah
    Wafat 183 H

    8. Ali ar-Ridha
    lahir di Madinah
    Wafat 203 H

    9. Muhammad al-Jawad
    lahir di Madinah
    Wafat 220 H

    10. Ali al-Hadi
    lahir di Madinah
    Wafat 254 H

    11. Hasan al-Asykari
    lahir di Madinah
    Wafat 260 H

    12. Muhammad bin al-Asykari
    Samarra, Irak
    Lahir 255 H atau 868 M
    SEJARAH RASULULLAH SAW : Nabi Muhammad SAW Pemimpin politik Arab dan Pengasas Islam Nabi Muhammad bin Abdullah (570 M - 8 Jun 632 M) Baginda juga adalah pemimpin yang menyatukan Semenanjung Arab kepada satu tatanegara di bawah pemerintahan Islam. Nabi Muhammad SAW dianggap oleh umat Islam sebagai pemulih keimanan monoteistik ajaran nabi-nabi terdahulu yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan nabi-nabi yang terdahulu. Nabi Muhammad Bin Abdullāh KELAHIRAN : 12 Rabiulawal Tahun Gajah (20 April 571) Mekkah, Semenanjung Arab (kini Arab Saudi) WAFATNYA RASULULLAH SAW : 8 Jun 632 Madinah, Semenanjung Arab (kini Arab Saudi) SEBAB KEWAFATAN : Sakit (demam panas) RASULULLAH SAW DIKEBUMIKAN : Makam di Masjid Nabawi, Madinah. NAMA-NAMA LAIN RASULULLAH SAW : 1. Al-Amin, 2. As-Saadiq, 3. RASUL Allāh 4. Abu al-Qasim dan ada banyak lagi sebenarnya 201. UMUR PASANGAN RASULULLAH SAW KETIKA BERNIKAH : 1. Khadijah binti Khuwailid 40 Tahun (555-619). 2. Saudah binti Zam'ah 50 Tahun (619-632). 3. Aisyah binti Abu Bakar Al-Siddiq 9 tahun (619-632). 4. Hafsah binti Umar Al-Khattab 19 Tahun (624-632). 5. Zainab binti Khuzaimah 29 Tahun (625-627). 6. Zainab binti Jansyin 35 Tahun (627-632). 7. Juwairiah binti Al-Harith 19 Tahun (628-632). 8. Ramlah binti Abu Sufian 32 Tahun (628-632). 9. Hindun binti Abi Umaiyah 28 Tahun (629-632). 10. Raihanah binti Zaid (629-631) 11. Safiyah binti Huyay 16 Tahun (629-632). 12. Maimunah binti Al-Harith 25 Tahun (630-632). 13. Mariyah al-Qibthiyah (630-632). IBU BAPA RASULULLAH SAW : AYAH : Abdullah bin Abdul Muttalib IBU : Āminah bt Wahab SEJARAH RINGKAS : DILAHIRKAN DI MAKKAH DAN DIJAGA : Semenanjung Arab, Baginda adalah anak yatim piatu sejak kecil lagi dimana baginda dijaga oleh 1. datuknya, Abdul Muttalib bin Hasyim dan 2. seterusnya bapa saudara baginda, Abu Talib bin Abdul Muttalib. Baginda juga pernah bekerja sebagai pengembala kambing dan saudagar serta perkahwinan pertamanya adalah ketika berusia 25 tahun dimana baginda telah bernikah dengan Khadijah binti Khuwailid (40 tahun). Keluarga baginda mengamalkan ajaran Tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa AS daripada Allah SWT. WAHYU PERTAMA : Ketika Nabi Muhammad berumur 40 tahun, baginda telah menerima wahyu yang pertama daripada Tuhan melalui malaikat Jibril (malaikat yang sama menyampaikan wahyu Allah SWT kepada 5 orang Rasul Ulul Azmi) ketika sedang berada di Gua Hira. BERDAKWAH : Tiga tahun setelah kejadian itu, baginda mula berdakwah secara terbuka kepada penduduk Makkah dengan mengatakan "Tuhan itu Esa" dan hendaklah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT (secara harfiahnya membawa maksud Islam) dan ia adalah satu cara hidup (الدين ad-Din) yang diterima Allah SWT sahaja. Nabi Muhammad SAW menerima beberapa orang pengikut pada awalnya yang terdiri daripada pelbagai golongan. Ajaran yang dibawa oleh baginda mendapat tentangan yang hebat dalam kalangan penduduk Makkah malahan mereka dilayan dengan teruk dan zalim. Oleh itu, Nabi Muhammad SAW telah menghantar beberapa orang pengikutnya ke Habsyah pada 614 M HIJRAH : sebelum baginda dan pengikutnya lain di Makkah Hijrah ke Madinah (dahulu dikenali sebagai Yathrib) pada tahun 622 M. Peristiwa penghijrahan Baginda itu menandakan permulaan bagi kalendar Islam atau takwim Hijrah. Di Madinah, Baginda telah menyatukan semua suku kaum dibawah Piagam Madinah. KEMBALI KE MEKKAH SEMULA : Setelah bersengketa dengan penduduk Makkah selama 8 tahun, Baginda membawa 10,000 pengikutnya ke Makkah serta membukanya. Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya telah memusnahkan patung berhala yang terdapat di Makkah. KEWAFATAN RASULULLAH SAW : Pada tahun 632 M, beberapa bulan selepas Haji Wida atau Haji Perpisahan, Nabi Muhammad SAW telah jatuh sakit lalu wafat. Ketika kematian Baginda, hampir seluruh Semenanjung Arab berada di bawah naungan Islam dan bersatu dengan utuhnya (6 Mei 570M atau pun 20 April/26 April 571M). KETURUNAN IBU DAN AYAH RASULULLAH SAW : Ibu Baginda, iaitu Aminah binti Wahab, adalah anak perempuan kepada Wahab bin Abdul Manaf dari keluarga Zahrah. Ayah Baginda, iaitu Abdullah, ialah anak kepada Abdul Muthalib. Keturunannya dikatakan bersusur galur dari Nabi Ismail, anak kepada Nabi Ibrahim kira-kira dalam keturunan keempat puluh. Ayah Baginda telah meninggal sebelum kelahiran Baginda. Sementara ibu Baginda meninggal ketika Baginda berusia kira-kira enam tahun, menjadikannya seorang anak yatim piatu. IBU SUSUAN RASULULLAH SAW : Menurut tradisi keluarga atasan Mekkah, Baginda telah dipelihara oleh seorang ibu angkat IBU SUSU : wanita yang menyusukan baginda yang bernama Halimahtus Sa'adiah di kampung halamannya di pergunungan selama beberapa tahun. RASULULLAH SAW DI JAGA : Dalam tahun-tahun itu, baginda telah dibawa ke Makkah untuk mengunjungi ibu Baginda Aminah binti Wahab. Setelah ibu Baginda wafat, Baginda dijaga oleh datuknya, Abdul Muthalib. Apabila datuknya meninggal, Baginda dijaga oleh bapa saudara Baginda, Abu Talib. Ketika inilah Baginda sering kali membantu mengembala kambing-kambing bapa saudara Baginda di sekitar Mekkah dan kerap menemani bapa saudara Baginda dalam urusan perdagangan ke Syam (Syria). MASA REMAJA RASULULLAH SAW : Dalam masa remaja Baginda, Nabi Muhammad SAW percaya sepenuhnya dengan keesaan Allah SWT. Baginda hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan bongkak. Baginda mengamalkan ajaran-ajaran Nabi-Nabi terdahulu terutamanya Nabi Isa Al-Masih. YANG RASULULLAH SAW SAYANG : Baginda menyayangi 1. orang-orang miskin, 2. para janda dan 3. anak-anak yatim serta berkongsi penderitaan mereka dengan berusaha menolong mereka. Baginda juga menghindari semua kejahatan yang menjadi amalan biasa di kalangan para belia pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga Baginda dikenali sebagai As Saadiq (yang benar) dan Al Amin (yang amanah). Baginda sentiasa dipercayai sebagai orang tengah kepada dua pihak yang bertelingkah di kampung halamannya di Mekkah. BAGINDA BERUMAHTANGGA : Ketika berusia kira-kira 25 tahun, ayah saudara Baginda menyarankan Baginda untuk bekerja dengan kafilah (rombongan perniagaan) yang dimiliki oleh seorang janda yang bernama Khadijah. Baginda diterima bekerja dan bertanggungjawab terhadap pelayaran ke Syam (Syria). Baginda mengelolakan urusniaga itu dengan penuh bijaksana dan pulang dengan keuntungan luar biasa. ISTERI DAN ANAK RASULULLAH SAW PERTAMA: Khadijah begitu tertarik dengan kejujuran dan watak peribadinya yang mendorong beliau untuk menawarkan diri untuk mengahwini Baginda. Baginda menerima lamarannya dan perkahwinan mereka adalah bahagia. Mereka dikurniakan 6 orang anak (2 lelaki dan 4 perempuan) tetapi kedua-dua anak lelaki mereka, Qasim dan Abdullah meninggal semasa kecil. Manakala anak perempuan baginda ialah Ruqayyah, Zainab, Ummu Kalsum dan Fatimah az-Zahra. Khadijah merupakan satu-satunya isterinya sehinggalah Khadijah meninggal pada usia 64 tahun. ANAK RASULULLAH SAW DENGAN MARIA AL-QIBTIYYAH : Seorang lagi anak Baginda adalah hasil perkahwinan Baginda dengan Maria al-Qibtiyyah. Putera Baginda bersama Maria bernama Ibrahim itu juga meninggal semasa kecil. Isteri-isteri baginda dikenali sebagai "Ummul Mukminin" yang bermaksud "ibu orang-orang beriman". BAPA DAN IBU SAUDARA NABI MUHAMMAD SAW : Al-Harith bin Abdul Muttalib Muqaddam bin Abdul Muttalib Zubair bin Abdul Muttalib Hamzah bin Abdul Muttalib Al-Abbas bin Abdul Muttalib Abu Thalib bin Abdul Muttalib Abu Lahab bin Abdul Muttalib Abdul Kaabah bin Abdul Muttalib Hijin bin Abdul Muttalib Dhirar bin Abdul Muttalib Ghaidaq bin Abdul Muttalib Safiyah binti Abdul Muttalib 'Atikah binti Abdul Muttalib Arwa binti Abdul Muttalib Umaimah binti Abdul Muttalib Barrah binti Abdul Muttalib Ummi Hakim al-Bidha binti Abdul Muttalib Hashim bin Abdu'Manan KERASULAN : Nabi Muhammad SAW telah dilahirkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah. Ia sungguh menyedihkan hati Baginda sehingga Baginda kerapkali ke Gua Hira, sebuah gua bukit dekat Makkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal al-Nour, untuk memikirkan cara untuk mengatasi gejala yang dihadapi masyarakatnya. Di sinilah Baginda sering bertapa serta berfikir dengan mendalam, memohon kepada Allah SWT supaya memusnahkan kedurjanaan yang kian berleluasa. WAHYU PERTAMA : Pada suatu malam hari Isnin 21 Ramadan (bersamaan 10 Ogos 610), ketika Baginda sedang bertafakur di Gua Hira, Malaikat Jibril mendatangi Baginda. Jibril membangkitkan Baginda dan menyampaikan wahyu Allah SWT di telinganya. Baginda diminta membaca. Baginda menjawab, "Saya tidak tahu membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta Nabi Muhammad SAW untuk membaca tetapi jawapan Baginda tetap sama. Baginda menjawab, "Saya tidak tahu membaca". Akhirnya, Jibril berkata : "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Amat Pemurah yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika itu baginda berusia 40 tahun setengah. WAHYU TURUN SELAMA 23 TAHUN : Wahyu itu turun kepada Baginda dari semasa ke semasa dalam jangka masa 23 tahun. Siri wahyu ini telah diturunkan menurut panduan yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan dikumpulkan dalam buku bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan). AL-QURAN DAN AL SUNNAH : Kebanyakkan ayat-ayatnya mempunyai erti yang jelas. Sebahagiannya diterjemah dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebahagiannya pula diterjemah oleh Nabi Muhammad SAW sendiri melalui percakapan Baginda, tindakan dan persetujuan yang terkenal, dengan nama Sunnah. Al-Quran dan al Sunnah digabungkan bersama untuk menjadi panduan dan cara hidup mereka yang menyerahkan diri kepada Allah SWT. BERDAKWAH : Marhalah dakwah baginda boleh dibahagikan mengikut fasa: Fasa di Makkah: hampir 13 tahun Dakwah rahsia: 3 tahun Dakwah terbuka di Makkah: hampir 7 tahun Dakwah kepada semua: 3 tahun Fasa Madinah: 10 tahun Perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW juga boleh diringkaskan sebagai berikut : Pertama: Marhalah Tasqif - tahap pembinaan dan pengkaderan untuk melahirkan individu-individu yang menyakini pemikiran (fikrah) dan metod (thariqah) parti politik guna membentuk kerangka gerakan. Kedua: Marhalah Tafa’ul ma’al Ummah - tahap berinteraksi dengan umat agar umat turut sama memikul kewajiban dakwah Islam, sehingga umat akan menjadikan Islam sebagai panduan utama dalam hidupnya serta berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Ketiga: Marhalah Istilamil Hukmi - tahap pengambilalihan kekuasaan, dan penerapan Islam secara utuh serta menyeluruh, lalu mengembangkannya sebagai risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. didalam kitab sirah dan merupakan satu aktiviti penting dalam marhalah kedua perjuangan Nabi Muhammad SAW Lestari atau tidaknya dakwah ditentukan oleh Baginda kerana keberlangsungan dakwah memerlukan dua aspek penting : Pertama : untuk mendapatkan perlindungan (himayah) sehingga tetap dapat melakukan aktiviti dakwah dalam keadaan aman dan terlindung. Kedua : untuk mencapai tampuk pemerintahan dalam rangka menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam) dan menerapkan hukum-hukum berdasarkan apa yang telah diturunkan Allah SWT dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. CABARAN BERDAKWAH : Apabila Nabi Muhammad SAW menyeru manusia ke jalan Allah SWT, tidak ramai yang mendengar seruannya. Kebanyakkan pengikut Baginda adalah dari anggota keluarga Baginda dan dari golongan masyarakat bawahan, Antara mereka ialah Khadijah, Ali, Zaid dan Bilal. Apabila Baginda memperhebatkan kegiatan dakwah Baginda dengan mengumumkan secara terbuka Agama Islam yang disebarkan Baginda, dengan itu ramai yang mengikut Baginda. Tetapi pada masa, Baginda menghadapi berbagai cabaran dari kalangan bangsawan dan para pemimpin yang merasakan kedudukan mereka terancam. Mereka bangkit bersama untuk mempertahankan agama datuk nenek mereka. Semangat penganut Islam meningkat apabila sekumpulan kecil masyarakat yang dihormati di Makkah menganut Agama Islam. Antara mereka ialah Abu Bakar, Uthman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harith, Amr bin Nufail dan ramai lagi. Akibat cabaran dari masyarakat jahiliyah di Mekkah, sebahagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkir dan dipulaukan. Baginda terpaksa bersabar dan mencari perlindungan untuk pengikutnya. Baginda meminta Negus Raja Habsyah, untuk membenarkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya. Negus mengalu-alukan ketibaan mereka dan tidak membenarkan mereka diserah kepada penguasa di Makkah. HIJRAH : Di Makkah terdapat Kaabah yang telah dibina oleh Nabi Ibrahim a.s. beberapa abad lalu sebagai pusat penyatuan umat untuk beribadat kepada Allah SWT. Sebelumnya ia dijadikan oleh masyarakat jahiliyah sebagai tempat sembahyang selain dari Allah SWT. Mereka datang dari berbagai daerah Arab, mewakili berbagai suku ternama. Ziarah ke Kaabah dijadikan mereka sebagai sebuah pesta tahunan. Orang ramai bertemu dan berhibur dengan kegiatan-kegiatan tradisi mereka dalam kunjungan ini. Baginda mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Antara mereka yang tertarik dengan seruan Baginda ialah sekumpulan orang dari Yathrib (Madinah). Mereka menemui Baginda dan beberapa orang Islam dari Mekah di desa bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka bersumpah untuk melindungi Islam, Nabi Muhammad SAW dan orang-orang Islam Mekkah. Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Makkah. Mereka menemui Nabi Muhammad di tempat yang mereka bertemu sebelumnya. Kali ini, Abbas bin Abdul Muthalib, pakcik Baginda yang belum menganut Islam hadir dalam pertemuan itu. Mereka mengundang Baginda dan orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Mereka berjanji akan melayani mereka sebagai saudara seAgama. Dialog yang memakan masa agak lama diadakan antara mayarakat Islam Yathrib dengan pakcik Nabi Muhammad SAW untuk memastikan mereka sesungguhnya berhasrat mengalu-alukan masyarakat Islam Mekkah di bandar mereka. Nabi Muhammad SAW akhirnya bersetuju untuk berhijrah beramai-ramai ke bandar baru itu. HIJRAH KE MADINAH (YATHRIB) : Mengetahui ramai masyarakat Islam merancang meninggalkan Makkah, masyarakat jahiliyah Mekkah cuba menghalang mereka. Namun kumpulan pertama telahpun berjaya berhijrah ke Yathrib. Masyarakat jahiliyah Mekkah bimbang hijrah ke Yathrib akan memberi peluang kepada orang Islam untuk mengembangkan Agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Hampir dua bulan seluruh masyarakat Islam dari Makkah kecuali Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, Ali dan beberapa orang yang daif, telah berhijrah. RANCANGAN MEMBUNUH RASULULLAH SAW : Masyarakat Mekkah kemudian memutuskan untuk membunuh Baginda. Mereka merancang namun tidak berjaya. Dengan berbagai taktik dan rancangan yang teratur, Nabi Muhammad SAW akhirnya sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenali sebagai, 'Bandar Rasulullah SAW'. MADINAH : Di Madinah, kerajaan Islam diwujudkan di bawah pimpinan Baginda umat Islam bebas mengerjakan solat di Madinah. Musyrikin Makkah mengetahui akan perkara ini kemudiannya melancarkan beberapa serangan ke atas Madinah tetapi kesemuanya ditangkis dengan mudah oleh umat Islam. Satu perjanjian kemudiannya dibuat dengan memihak kepada pihak Quraish Makkah. Walau bagaimanapun perjanjian itu dicabuli oleh mereka dengan menyerang sekutu umat Islam. Orang Muslim pada ketika ini menjadi semakin kuat telah membuat keputusan untuk menyerang musyrikin Makkah memandangkan perjanjian telah dicabuli. PEMBUKAAN KOTA MAKKAH : Pada tahun kelapan selepas penghijrahan ke Madinah berlaku, Nabi Muhammad SAW berlepas ke Makkah. Tentera Islam yang seramai 10,000 orang tiba di Makkah dengan penuh bersemangat. Takut akan nyawa mereka terkorban, penduduk Makkah bersetuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa sebarang syarat. Nabi Muhammad SAW kemudian mengarahkan supaya kesemua berhala dan patung-patung di sekeliling Kaabah dimusnahkan. MENELADANI PERBUATAN NABI MUHAMMAD SAW : Perbuatan-perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua cara. Ada yang termasuk perbuatan-perbuatan jibiliyah, iaitu perbuatan yang dilakukan manusia secara Fitriah, dan ada pula perbuatan-perbuatan selain jibiliyah. Perbuatan-perbuatan jibiliyah, seperti berdiri, duduk, makan, minum dan lain sebagainya, tidak ada perselisihan bahawa status perbuatan tersebut adalah mubah (harus), baik bagi Nabi Muhammad SAW maupun bagi umatnya. Oleh kerana itu, perbuatan tersebut tidak termasuk dalam kategori mandub (sunat). Sedangkan perbuatan-perbuatan yang bukan jibiliyah, boleh jadi termasuk dalam hal-hal yang ditetapkan khusus bagi Nabi Muhammad SAW, dimana tidak seorang pun diperkenankan mengikutinya (haram); atau boleh jadi tidak termasuk dalam perbuatan yang diperuntukkan khusus bagi Baginda. KHUSUS BAGI RASULULLAH SAW : Apabila perbuatan itu telah ditetapkan khusus bagi Nabi Muhammad SAW, seperti dibolehkan Baginda melanjutkan puasa pada malam hari tanpa berbuka, atau dibolehkannya menikah dengan lebih dari empat wanita, dan lain sebagainya dari kekhususan Baginda; maka dalam hal ini kita tidak diperkenankan mengikuti Baginda. Sebab, perbuatan-perbuatan tersebut telah terbukti diperuntukkan khusus bagi Baginda berdasarkan Ijmak Sahabat. Oleh kerana itu tidak dibolehkan meneladani Baginda dalam perbuatan-perbuatan semacam ini. Akan halnya dengan perbuatan Baginda yang kita kenal sebagai penjelas bagi kita, tidak ada perselisihan bahawa hal itu merupakan dalil. Dalam hal ini penjelasan tersebut boleh berupa perkataan, seperti RASULULLAH SAW BERSABDA : “ Solatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku solat ”. RASULULLAH SAW BERSABDA " Laksanakan manasik hajimu berdasarkan manasikku (apa yang telah aku kerjakan) ". Hadis ini menunjukkan bahawa perbuatan Baginda merupakan penjelas, agar kita mengikutinya. Penjelasan Baginda boleh juga berupa qaraain al ahwal, yakni qarinah/perbuatan yang menerangkan bentuk perbuatan, seperti memotong pergelangan pencuri sebagai penjelas, ALLAH SWT BERFIRMAN : " Maka potonglah tangan keduanya ." (SURAH AL-MAIDAH : 38) Status penjelas yang terdapat dalam perbuatan Baginda, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang menerangkan bentuk perbuatan, dapat mengikuti hukum apa yang telah dijelaskan, apakah itu wajib, haram, mandub(sunat) atau mubah(harus) sesuai dengan arah penunjukan dalil. Sedangkan perbuatan-perbuatan Baginda yang tidak terdapat di dalamnya perbuatan yang menunjukkan bahawa hal itu merupakan penjelas, bukan penolakan dan bukan pula ketetapan. Maka dalam hal ini perlu diperhatikan apakah di dalamnya terdapat maksud untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah SWT) atau tidak. Apabila di dalamnya terdapat keinginan untuk bertaqarrub kepada Allah SWT maka perbuatan itu termasuk mandub (sunat), di mana seseorang akan mendapatkan pahala atas perbuatannya itu dan tidak mendapatkan balasan jika meninggalkannya. Misalnya Solat Duha. Sedangkan jika tidak terdapat di dalamnya keinginan untuk bertaqarrub, maka perbuatan tersebut termasuk mubah (harus). PESANAN TERAKHIR MUHAMMAD (ISI KHUTBAH TERAKHIR MUHAMMAD) : Ketika Nabi Muhammad SAW mengerjakan ibadah haji yang terakhir, maka pada 9 Zulhijjah tahun 10 hijarah di Lembah Uranah, Bukit Arafah, Baginda menyampaikan khutbah terakhirnya di hadapan kaum Muslimin, di antara isi dari khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW itu ialah: " Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak ku katakan, Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu, dengarlah dengan teliti kata-kataku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir disini pada hari ini. 1. "Wahai manusia, sepertimana kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci, anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah suci. 2. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak. 3. Janganlah kamu sakiti sesiapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu lagi. 4. Ingatlah bahawa sesungguhya kamu akan menemui Tuhan kamu dan DIA pasti membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. 5. Allah SWT telah mengharamkan riba, oleh itu, segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang. 6. "Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu. syaitan telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar, maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikutinya dalam perkara-perkara kecil. 7. "Wahai manusia sebagaimana kamu mempunyai hak atas isteri kamu, mereka juga mempunyai hak ke atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu, maka mereka juga berhak diberikan makan dan pakaian, dalam suasana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik dan berlemah-lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina. 8. "Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini, sembahlah Allah SWT, dirikanlah solat lima waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, dan tunaikanlah zakat dari harta kekayaan kamu. Kerjakanlah ibadah haji sekiranya kamu mampu. 9. Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama; tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam Taqwa dan beramal soleh. 10. "Ingatlah, bahawa kamu akan menghadap Allah SWT pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan diatas segala apa yang telah kamu kerjakan. Oleh itu, awasilah agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku. 11. "Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir Agama baru. Oleh itu wahai manusia. Nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada kamu. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Qur'an dan Sunnahku. 12. "Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku, menyampaikan pula kepada orang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku dari mereka yang terus mendengar dariku. Saksikanlah Ya Allah, bahawasanya telah aku sampaikan risalah-MU kepada hamba-hamba-MU." RINGKASAN PERKEMBANGAN ISLAM : 570M- Nabi Muhammad SAW dilahirkan. 610M- Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira'. 615M- Orang Muslim didera oleh puak Quraish. Hijrah pertama ke Habsyah. 616M- Sayidina Hamzah dan Saidina Umar memeluk Islam. Hijrah kedua ke Habsyah. 619M- Khadijah ra (isteri Baginda) dan Abu Talib (bapa saudara Baginda) meninggal dunia. Melawat Taif. Peristiwa Isra dan Mi'raj berlaku. 621M- Baiat Aqabah 1. 622M- Baiat Aqabah 2. Hijrah ke Madinah. Daulah Islamiyah dibina. 624M- Perang Badar. 625M- Perang Uhud. 627M- Perang Ahzab. 628M- Perjanjian Hudaibiyah. 629M- Perang Khaibar dan dalam menentang tentera Rom Byzantine, Baginda menghantar tentera Islam dalam Perang Mu'tah. 630M- Pembukaan Makkah. Perang Hunain. 631M- Perang Tabuk. 632M- Kewafatan RASULULLAH SAW, perlantikan Syaidina Abu Bakar sebagai khalifah. KEWAFATAN SAHABAT RASULULLAH SAW : 1. Ali bin Abi Thalib lahir di Makkah Wafat 40 H 2. Hasan bin Ali lahir di Madinah Wafat 50 H 3. Husain bin Ali lahir di Madinah Wafat 61 H 4. Ali bin Husain lahir di Madinah Wafat 95 H 5. Muhammad al-Baqir lahir di Madinah Wafat 114 6. Ja’far ash-Shadiq lahir di Madinah Wafat 148 7. Musa al-Kadzim lahir di Madinah Wafat 183 H 8. Ali ar-Ridha lahir di Madinah Wafat 203 H 9. Muhammad al-Jawad lahir di Madinah Wafat 220 H 10. Ali al-Hadi lahir di Madinah Wafat 254 H 11. Hasan al-Asykari lahir di Madinah Wafat 260 H 12. Muhammad bin al-Asykari Samarra, Irak Lahir 255 H atau 868 M
    Like
    1
    0 Comments 0 Shares 25331 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 13 Rejab 1445H☆

    قُلۡ هَلۡ یَسۡتَوِی ٱلَّذِینَ یَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِینَ لَا یَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا یَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ

    "Katakanlah lagi (kepadanya): "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna" [Surah Az-Zumar 9]

    #Sambung lagi perbicaraan tentang kemuliaan para ulamak dan penghormatan terhadap mereka.

    #Tersangat perlu bagi kita memuliakan ulamak dan mengasihi mereka. Ini kerana jalan yang ditunjuk kepada kita adalah jalan akhirat dengan cara ibadah yang sah serta iman yang benar. Justeru, amat wajar mengasihi dan memuliakan mereka kerana ia termasuk suruhan Nabi saw.

    #Ulamak yang menjadi pewaris nabi amat perlu diberi penghormatan dan dimuliakan kerana mereka yang cukup istimewa di sisi Allah. Menjadi keperluan kepada kita semua untuk mengutip seberapa banyak mutiara ilmu daripada tokoh seperti itu.

    #Mulianya para ulamak berdasarkan kepada penyaksian ketauhidan bersama dengan Allah dan para malaikat adalah para ulamak. Firman Allah swt:

    شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

    "Allah menerangkan (kepada sekalian makhlukNya dengan dalil-dalil dan bukti), bahawasanya tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang sentiasa mentadbirkan (seluruh alam) dengan keadilan, dan malaikat-malaikat serta orang-orang yang berilmu (mengakui dan menegaskan juga yang demikian); tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana" [Surah Ali Imran 218)

    #Syeikh al-Habib Zein Bin Ibrahim Bin Sumait:

    “Maka ilmu adalah punca dan sumber kebahagiaan yang hakiki di dunia dan di akhirat. Ini kerana, sebesar-besar kedudukan pada hak anak Adam adalah kebahagiaan yang berkekalan di akhirat dan melihat wajah Allah serta menghuni syurga-Nya. Hal ini, tidak akan sampai kecuali dengan ilmu dan amal dan amalan tidak mungkin dapat dilaksanakan kecuali dengan segala kaifiyatnya berdasarkan Ilmu.

    #Daripada Umar r.a, katanya:

    لَمَوْتُ أَلْفِ عَابِدٍ قَائِمِ اللَّيْلِ صَائِمِ النَّهَارِ، أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ عَاقِلٍ

    “Mati seribu orang ahli ibadat yang berqiamullail dan puasa sunat di siang hari lebih ringan daripada mati seorang yang berakal lagi alim.

    #Daripada Abi Ja’far rahimahullah berkata:

    مَوْتُ عَالِمٍ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنْ مَوْتِ سَبْعِيْنَ عَابِدَا

    “Mati seorang alim lebih disukai oleh Iblis daripada mati tujuh puluh orang ahli ibadat.” (HR Abu Nu’aim)

    #Berkata Imam Abdullah Ibn al-Mubarak rahimahullah: Ingatlah sesiapa yang merendah-rendahkan para ulamak, akhiratnya akan binasa.”

    #Syeikh al-Kandahlawi berkata: "Orang-orang yang mengajak untuk berburuk sangka, membenci dan berusaha menjauhkan alim ulamak dari umat, termasuk penyebab kerosakan agama. Orang yang seperti itu, akan mendapat azab yang keras.

    ♡Marilah sama-sama kita menghormati para ulamak, mengasihi dan memuliakan mereka♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 13 Rejab 1445H☆ قُلۡ هَلۡ یَسۡتَوِی ٱلَّذِینَ یَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِینَ لَا یَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا یَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ "Katakanlah lagi (kepadanya): "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna" [Surah Az-Zumar 9] #Sambung lagi perbicaraan tentang kemuliaan para ulamak dan penghormatan terhadap mereka. #Tersangat perlu bagi kita memuliakan ulamak dan mengasihi mereka. Ini kerana jalan yang ditunjuk kepada kita adalah jalan akhirat dengan cara ibadah yang sah serta iman yang benar. Justeru, amat wajar mengasihi dan memuliakan mereka kerana ia termasuk suruhan Nabi saw. #Ulamak yang menjadi pewaris nabi amat perlu diberi penghormatan dan dimuliakan kerana mereka yang cukup istimewa di sisi Allah. Menjadi keperluan kepada kita semua untuk mengutip seberapa banyak mutiara ilmu daripada tokoh seperti itu. #Mulianya para ulamak berdasarkan kepada penyaksian ketauhidan bersama dengan Allah dan para malaikat adalah para ulamak. Firman Allah swt: شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ "Allah menerangkan (kepada sekalian makhlukNya dengan dalil-dalil dan bukti), bahawasanya tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang sentiasa mentadbirkan (seluruh alam) dengan keadilan, dan malaikat-malaikat serta orang-orang yang berilmu (mengakui dan menegaskan juga yang demikian); tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana" [Surah Ali Imran 218) #Syeikh al-Habib Zein Bin Ibrahim Bin Sumait: “Maka ilmu adalah punca dan sumber kebahagiaan yang hakiki di dunia dan di akhirat. Ini kerana, sebesar-besar kedudukan pada hak anak Adam adalah kebahagiaan yang berkekalan di akhirat dan melihat wajah Allah serta menghuni syurga-Nya. Hal ini, tidak akan sampai kecuali dengan ilmu dan amal dan amalan tidak mungkin dapat dilaksanakan kecuali dengan segala kaifiyatnya berdasarkan Ilmu. #Daripada Umar r.a, katanya: لَمَوْتُ أَلْفِ عَابِدٍ قَائِمِ اللَّيْلِ صَائِمِ النَّهَارِ، أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ عَاقِلٍ “Mati seribu orang ahli ibadat yang berqiamullail dan puasa sunat di siang hari lebih ringan daripada mati seorang yang berakal lagi alim. #Daripada Abi Ja’far rahimahullah berkata: مَوْتُ عَالِمٍ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنْ مَوْتِ سَبْعِيْنَ عَابِدَا “Mati seorang alim lebih disukai oleh Iblis daripada mati tujuh puluh orang ahli ibadat.” (HR Abu Nu’aim) #Berkata Imam Abdullah Ibn al-Mubarak rahimahullah: Ingatlah sesiapa yang merendah-rendahkan para ulamak, akhiratnya akan binasa.” #Syeikh al-Kandahlawi berkata: "Orang-orang yang mengajak untuk berburuk sangka, membenci dan berusaha menjauhkan alim ulamak dari umat, termasuk penyebab kerosakan agama. Orang yang seperti itu, akan mendapat azab yang keras. ♡Marilah sama-sama kita menghormati para ulamak, mengasihi dan memuliakan mereka♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    Like
    1
    0 Comments 0 Shares 8408 Views
  • JIWA TARBAWI 885

    Inspirasi dari mengingati kematian.

    Bila hati banyak berzikir mengingati kematian,

    1. Hati akan terhubung terus kepada Allah ta’ala.

    كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿الأنبياء: ٣٥)

    Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan; dan kepada KAMI lah kamu semua akan dikembalikan.

    (Al Anbiya’ : 35)

    2. Hati akan menjadi BERSIH, HIDUP’ dan LEMBUT.

    ابن عمر قال : قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : ” إن هذه القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد إذا أصابه الماء ” قيل : يا رسول الله وما جلاؤها ؟ قال : ” كثرة ذكر الموت وتلاوة القرآن ” روى البيهقي

    “Dari Ibn Umar ia berkata: Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

    “ Hati ini berkarat seperti berkaratnya besi jika terkena air. Lalu Baginda ‎ﷺ ditanya: “Apakah pembersihnya?”Sabda Baginda ‎ﷺ : “Banyakkan mengingati mati dan membaca Al-Quran.”

    (HR: Al Baihaqi)


    أن امرأة شكت إلى عائشة رضي الله عنها قساوة قلبها فقالت لها : أكثري من ذكر الموت يرق قلبك ففعلت ذلك فرق قلبها فجاءت تشكر عائشة رضي الله عنها

    Seorang perempuan mengadu kepada 'Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang kerasnya hatinya. Kata 'Aisyah padanya : “ Engkau banyakkanlah mengingati mati nescaya lembut hatimu". Maka perempuan itu melakukannya lalu menjadi lembut hatinya dan dia datang menemui 'Aisyah dan berterima kasih padanya.

    ( petikan dari Kitab Sairus Salikin )

    3. Hati akan dapat mengerti hakikat kehidupan yang sementara.


    Ali bin Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,

    ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ.

    “Dunia sudah pergi meninggalkan, dan akhirat datang menghampiri, dan setiap dari keduanya ada pengekornya, maka jadilah kalian dari orang-orang yang mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-orang yang mendambakan dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) yang ada hanya amal perbuatan dan tidak ada hitungan dan besok (di akhirat) yang ada hanya hitungan tidak ada amal.”

    Syumaith bin ‘Ajlan berkata:

    مَنْ جَعَلَ الْمَوْتَ نُصْبَ عَيْنَيْهِ, لَمْ يُبَالِ بِضَيْقِ الدُّنْيَا وَلاَ بِسَعَتِهَا

    “Barangsiapa menjadikan maut di hadapan kedua matanya, dia tidak peduli dengan kesempitan dunia atau keluasannya.”

    [Mukhtashar Minhajul Qashidin].

    4. Tergambar hakikat dunia yang menipu.

    Firman Allah ta’ala,

    اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

    “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”

    (Al Hadîd : 20)

    5. Benar-benar dapat merasai hakikat keyakinan.

    وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ ﴿الحجر: ٩٩﴾

    dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

    Al Yaqin dakam ayat itu bermaksud kematian. Membawa pengertian bila seseorang itu mati, di situlah keyakinan mutlak muncul terhadap segala perkara yang ketika dipermudahkan seperti amalan saleh, kehidupan selepas mati dan sebsgainya.

    6. Bermula hakikat kehidupan akhirat yang panjang dan kekal

    Orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan kematian dengan iman yang sahih (benar), tauhid yang khalish (murni), amal yang salih (sesuai dengan tuntunan), dengan landasan niat yang ikhlas, itulah orang-orang yang paling berakal.

    عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

    Dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku bersama Rasulullah ‎ﷺ , lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada Baginda ‎ﷺ , kemudian mengucapkan salam kepada Nabi ‎ﷺ , lalu dia bertanya: “Wahai, Rasulullah! Manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?” Baginda ‎ﷺ menjawab,”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia bertanya lagi: “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Baginda ‎ﷺ menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.”

    (HR Ibnu Majah, no. 4259)

    7. Hati terputus dari rasa ‘ at takaatsur ’ ( التكاثر) iaitu keinginan membanyakkan harta dan dunia.

    أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾
    ﴿التكاثر: ١-٢)

    Kamu telah dilalaikan (daripada mengerjakan amal bakti) oleh perbuatan berlumba-lumba untuk mendapat dengan sebanyak-banyaknya (harta benda, anak-pinak pangkat dan pengaruh), Sehingga kamu masuk kubur.

    (At Takatsur : 1-2)

    Artinya, berlumba-lumba memperbanyakkan harta dan bermewah, seringkali melalaikan manusia. Mereka jadi sedar hanyalah apabila datangnya ajal kematian, iaitu bila tiada apa kekayaan yang dapat dibawa untuk masuk ke kubur, iaitu ke alam barzakh.

    8. Hati terputus dari rasa kelazatan dunia.

    Dalam riwayat Ath Thabrani dan Al Hakim,

    أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ

    “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, iaitu kematian. Kerana sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu.”

    (Sahih Al Jami’ush Shaghir)

    9. Terputus keinginan untuk berbuat maksiat dan dosa, juga untuk berbuat zalim kepada manusia kerana hati gerun dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan tidak tertangguh.

    {وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا} [المنافقون : 11]

    Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila. datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

    (Al Munafiqun: 11)

    (إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ) [لقمان: 34 ]

    “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

    (Lukman: 34)

    كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
    ﴿آل عمران: ١٨٥﴾

    Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya.

    Dan (ingatlah bahawa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya.

    (Ali ‘Imran : 185)


    10. Hati tidak akan mahu menangguh taubat lagi.

    Imam Bukhari meriwayatkan:

    عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

    Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Rasulullah ‎ﷺ memegang bahuku, lalu bersabda,”Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah seorang yang asing, atau seorang musafir.” Dan Ibnu Umar mengatakan: “Jika engkau masuk waktu Subuh, maka janganlah engkau menanti sore. Jika engkau masuk waktu sore, maka janganlah engkau menanti Subuh. Ambillah dari kesehatanmu untuk sakitmu. Dan ambillah dari hidupmu untuk matimu.”

    (HR Bukhari, no. 5937)

    Ad Daqqaq rahimahullah berkata,

    “من أكثر ذكر الموت أكرم بثلاثة: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة، ومن نسى الموت عوجل بثلاثة: تسويف التوبة، وترك الرضا بالكفاف، والتكاسل في العبادة”  (تذكرة القرطبي : ص 9)

    “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: “Bersegera taubat, puas hati dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah”

    (At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al Qurthuby).

    11. Muncul himmah cita-cita untuk beramal dan menyiapkan diri untuk bertemuNya.

    Allah Azza wa Jalla berfirman:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

    “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

    (Al Hasyr :18)

    Nabi ‎ﷺ bersabda,

    اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه

    “Ingatlah kematian dalam salatmu kerana jika seseorang mengingat mati dalam salatnya, maka ia akan memperbaguskan salatnya. Salatlah seperti salat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih mempunyai kesempatan melakukan salat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta uzur ( kerana tidak mampu memenuhinya).”

    (HR. Ad Dailami)


    12. Memutuskan panjang angan-angan

    Hendaklah setiap orang waspada terhadap angan-angan panjang dan angan-angan umur panjang, sehingga menangguhkan amal saleh.

    Nabi ‎ﷺ bersabda:

    يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ

    “Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta harta dan panjang umur.”

    (HR Bukhari, no. 5942)

    Justeru, ingatan terhadap mati, pada setiap saat pasti memutuskan angan-angan itu.

    13. Menumbuhkan penyesalan di dunia lagi, terhadap sedikitnya amalan.

    يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya, Rabbku.

    Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.

    (Al Munafiqun: 9-11)


    Justeru,

    أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

    “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.”

    (HR Ibnu Majah, no. 4258)


    Cukuplah kematian menjadi penasihat diri.



    ABi
    JIWA TARBAWI 885 Inspirasi dari mengingati kematian. Bila hati banyak berzikir mengingati kematian, 1. Hati akan terhubung terus kepada Allah ta’ala. كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿الأنبياء: ٣٥) Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan; dan kepada KAMI lah kamu semua akan dikembalikan. (Al Anbiya’ : 35) 2. Hati akan menjadi BERSIH, HIDUP’ dan LEMBUT. ابن عمر قال : قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : ” إن هذه القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد إذا أصابه الماء ” قيل : يا رسول الله وما جلاؤها ؟ قال : ” كثرة ذكر الموت وتلاوة القرآن ” روى البيهقي “Dari Ibn Umar ia berkata: Rasulullah ‎ﷺ bersabda: “ Hati ini berkarat seperti berkaratnya besi jika terkena air. Lalu Baginda ‎ﷺ ditanya: “Apakah pembersihnya?”Sabda Baginda ‎ﷺ : “Banyakkan mengingati mati dan membaca Al-Quran.” (HR: Al Baihaqi) أن امرأة شكت إلى عائشة رضي الله عنها قساوة قلبها فقالت لها : أكثري من ذكر الموت يرق قلبك ففعلت ذلك فرق قلبها فجاءت تشكر عائشة رضي الله عنها Seorang perempuan mengadu kepada 'Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang kerasnya hatinya. Kata 'Aisyah padanya : “ Engkau banyakkanlah mengingati mati nescaya lembut hatimu". Maka perempuan itu melakukannya lalu menjadi lembut hatinya dan dia datang menemui 'Aisyah dan berterima kasih padanya. ( petikan dari Kitab Sairus Salikin ) 3. Hati akan dapat mengerti hakikat kehidupan yang sementara. Ali bin Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ. “Dunia sudah pergi meninggalkan, dan akhirat datang menghampiri, dan setiap dari keduanya ada pengekornya, maka jadilah kalian dari orang-orang yang mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-orang yang mendambakan dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) yang ada hanya amal perbuatan dan tidak ada hitungan dan besok (di akhirat) yang ada hanya hitungan tidak ada amal.” Syumaith bin ‘Ajlan berkata: مَنْ جَعَلَ الْمَوْتَ نُصْبَ عَيْنَيْهِ, لَمْ يُبَالِ بِضَيْقِ الدُّنْيَا وَلاَ بِسَعَتِهَا “Barangsiapa menjadikan maut di hadapan kedua matanya, dia tidak peduli dengan kesempitan dunia atau keluasannya.” [Mukhtashar Minhajul Qashidin]. 4. Tergambar hakikat dunia yang menipu. Firman Allah ta’ala, اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (Al Hadîd : 20) 5. Benar-benar dapat merasai hakikat keyakinan. وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ ﴿الحجر: ٩٩﴾ dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). Al Yaqin dakam ayat itu bermaksud kematian. Membawa pengertian bila seseorang itu mati, di situlah keyakinan mutlak muncul terhadap segala perkara yang ketika dipermudahkan seperti amalan saleh, kehidupan selepas mati dan sebsgainya. 6. Bermula hakikat kehidupan akhirat yang panjang dan kekal Orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan kematian dengan iman yang sahih (benar), tauhid yang khalish (murni), amal yang salih (sesuai dengan tuntunan), dengan landasan niat yang ikhlas, itulah orang-orang yang paling berakal. عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ Dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku bersama Rasulullah ‎ﷺ , lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada Baginda ‎ﷺ , kemudian mengucapkan salam kepada Nabi ‎ﷺ , lalu dia bertanya: “Wahai, Rasulullah! Manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?” Baginda ‎ﷺ menjawab,”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia bertanya lagi: “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Baginda ‎ﷺ menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.” (HR Ibnu Majah, no. 4259) 7. Hati terputus dari rasa ‘ at takaatsur ’ ( التكاثر) iaitu keinginan membanyakkan harta dan dunia. أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾ ﴿التكاثر: ١-٢) Kamu telah dilalaikan (daripada mengerjakan amal bakti) oleh perbuatan berlumba-lumba untuk mendapat dengan sebanyak-banyaknya (harta benda, anak-pinak pangkat dan pengaruh), Sehingga kamu masuk kubur. (At Takatsur : 1-2) Artinya, berlumba-lumba memperbanyakkan harta dan bermewah, seringkali melalaikan manusia. Mereka jadi sedar hanyalah apabila datangnya ajal kematian, iaitu bila tiada apa kekayaan yang dapat dibawa untuk masuk ke kubur, iaitu ke alam barzakh. 8. Hati terputus dari rasa kelazatan dunia. Dalam riwayat Ath Thabrani dan Al Hakim, أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, iaitu kematian. Kerana sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu.” (Sahih Al Jami’ush Shaghir) 9. Terputus keinginan untuk berbuat maksiat dan dosa, juga untuk berbuat zalim kepada manusia kerana hati gerun dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan tidak tertangguh. {وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا} [المنافقون : 11] Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila. datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Munafiqun: 11) (إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ) [لقمان: 34 ] “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Lukman: 34) كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿آل عمران: ١٨٥﴾ Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya. Dan (ingatlah bahawa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya. (Ali ‘Imran : 185) 10. Hati tidak akan mahu menangguh taubat lagi. Imam Bukhari meriwayatkan: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Rasulullah ‎ﷺ memegang bahuku, lalu bersabda,”Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah seorang yang asing, atau seorang musafir.” Dan Ibnu Umar mengatakan: “Jika engkau masuk waktu Subuh, maka janganlah engkau menanti sore. Jika engkau masuk waktu sore, maka janganlah engkau menanti Subuh. Ambillah dari kesehatanmu untuk sakitmu. Dan ambillah dari hidupmu untuk matimu.” (HR Bukhari, no. 5937) Ad Daqqaq rahimahullah berkata, “من أكثر ذكر الموت أكرم بثلاثة: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة، ومن نسى الموت عوجل بثلاثة: تسويف التوبة، وترك الرضا بالكفاف، والتكاسل في العبادة”  (تذكرة القرطبي : ص 9) “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: “Bersegera taubat, puas hati dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah” (At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al Qurthuby). 11. Muncul himmah cita-cita untuk beramal dan menyiapkan diri untuk bertemuNya. Allah Azza wa Jalla berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Hasyr :18) Nabi ‎ﷺ bersabda, اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه “Ingatlah kematian dalam salatmu kerana jika seseorang mengingat mati dalam salatnya, maka ia akan memperbaguskan salatnya. Salatlah seperti salat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih mempunyai kesempatan melakukan salat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta uzur ( kerana tidak mampu memenuhinya).” (HR. Ad Dailami) 12. Memutuskan panjang angan-angan Hendaklah setiap orang waspada terhadap angan-angan panjang dan angan-angan umur panjang, sehingga menangguhkan amal saleh. Nabi ‎ﷺ bersabda: يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ “Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta harta dan panjang umur.” (HR Bukhari, no. 5942) Justeru, ingatan terhadap mati, pada setiap saat pasti memutuskan angan-angan itu. 13. Menumbuhkan penyesalan di dunia lagi, terhadap sedikitnya amalan. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya, Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (Al Munafiqun: 9-11) Justeru, أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR Ibnu Majah, no. 4258) Cukuplah kematian menjadi penasihat diri. ABi
    Like
    1
    0 Comments 0 Shares 10133 Views
  • Majlis Ugama Islam Singapura

    Khutbah Jumaat

    12 Januari 2024 / 30 Jamadil Akhir 1445H

    Keindahan Syariat Islam



    Sidang Jumaat yang dirahmati Allah,

    Marilah sama-sama kita bertakwa kepada Allah (s.w.t.). Taati segala perintah-Nya dan jauhi segala larangan-Nya. Semoga Allah (s.w.t.) menerima segala amalan kita. Amin.

    Saudara dan Saudari yang dikasihi,

    Allah (s.w.t.) mengurniakan pelbagai nikmat buat manusia. Kita dikurniakan akal yang mampu menilai baik buruknya sesuatu perkara. Kita dikurniakan akal fikiran yang perlu disirami dan dimurnikan dengan ilmu yang bermanfaat. Ingatlah pada firman Allah (s.w.t.) di dalam surah al-Ma’idah, ayat 100:



    Yang bermaksud: “Katakanlah (wahai Muhammad s.a.w.): "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, walaupun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Oleh itu bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu berjaya.”

    Kemampuan manusia untuk membezakan perkara yang baik dan buruk adalah anugerah yang amat berharga. Imam Al-Jurjani, di dalam kitabnya At-ta'rifat pernah menjelaskan bahawa Islam merupakan suatu sistem ketuhanan yang menyeru orang-orang berakal kepada menerima apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad (s.a.w.).

    Sebagai seorang yang beriman dan berakal, kitalah yang mencorak pemikiran dan kehidupan kita agar selari dengan syariat Islam. Ilmu yang sahih dan keimanan yang mantap dapat membezakan antara hak dan batil dalam suatu amalan.

    Saudara Saudari,

    Perumpamaan iman dan amal adalah seperti hati dan badan yang aktif berfungsi, tidak dapat dipisahkan. Syariat Islam dijadikan sebagai panduan dan bimbingan buat kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

    Di sebalik syariat Islam itu, terdapat nilai-nilai yang mewarnai keindahan ajaran Islam. Pada kesempatan hari ini, izinkan saya untuk mengongsikan beberapa nilai murni dalam syariat Islam:

    Pertama: Nilai kemudahan buat manusia

    Syariat Islam diturunkan untuk memberi kemudahan buat umat manusia. Malahan, syariat Islam diturunkan kepada kita, umat Nabi Muhammad (s.a.w.), secara tadarruj, iaitu bertahap-tahap.

    Islam turut memberi keyakinan kepada kita bahawa setiap kesukaran pasti ada jalan keluarnya. Sebagai contoh, keringanan untuk solat dalam keadaan duduk bagi mereka yang berkeuzuran untuk berdiri dengan sempurna ketika solat. Solusi ini membantu hamba-Nya melaksanakan tanggungjawab agamanya dengan sebaik mungkin tanpa rasa paksaan atau bebanan. Begitulah keindahan syariat Islam yang mengambil kira kemampuan manusia. Ingatlah pesanan Rasulullah (s.a.w.):

    إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ

    Yang bermaksud: “Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agamanya kecuali akan dikalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna).” (Hadis riwayat Imam Bukhari).

    Islam itu adalah agama yang mudah, jangan kita menjadi penyebab orang lain menjauhi agama ini disebabkan kita yang menyulitkannya. Diburukkan lagi sekiranya kesulitan berlaku kerana kejahilan kita dalam beragama. Namun, kemudahan dalam beragama tidak bererti kita boleh memperlekehkan agama ini, sehingga kita mengambil ringan serta mengabaikan metodologi fiqh yang telah disusun dan diterima pakai oleh para ulama. Oleh itu, amat penting untuk memahami nilai syariat Islam ini melalui ilmu yang muktabar.

    Kedua: Nilai keadilan dalam syariat Islam

    Para jemaah sekalian,

    Syariat Islam sangat menitikberatkan sifat berlaku adil di dalam berurusan sesama manusia. Tiada sebarang bentuk kezaliman atau kekejaman yang boleh dilakukan kepada sesiapa pun. Apatah lagi dalam masalah hukum agama kita sendiri. Namun, terdapat segelintir di kalangan masyarakat kita, sebagai contoh, yang menyalahgunakan dan mengeksploitasikan hukum faraid untuk memenuhi kepentingan diri. Ada pula yang mengabaikan kebajikan sebahagian ahli waris yang memerlukan sehingga menzalimi hak mereka dalam hukum faraid.

    Perbuatan mempergunakan hukum agama untuk kepentingan diri adalah satu bentuk kezaliman. Ia sama sekali bertentangan dengan nilai keadilan dalam ajaran Islam.

    Ketiga: Nilai kesyumulan (menyeluruh) syariat Islam

    Syariat Islam bersifat holistik atau syumul. Kesyumulan syariat Islam meliputi akidah, akhlak, hukum-hakam dan segala aspek kehidupan seharian. Lihat sahaja keindahan syariat Islam menerusi ibadah haji dan zakat. Kedua-duanya merupakan suatu bentuk ibadah yang merangkumi sudut kerohanian, sosial, ekonomi, mahupun kemanusiaan. Ketika seorang Muslim itu mengharapkan rahmat dan pengampunan Allah (s.w.t.) dalam peribadatannya, dia turut berpeluang untuk memupuk semangat perpaduan dan persaudaraan sesama manusia. Ia juga dapat meningkatkan tahap sosio-ekonomi dan kehidupan beragama di dalam masyarakat.

    Semoga Allah (s.w.t.) mengurniakan kefahaman agama buat kita semua, dan kejayaan di dunia dan di akhirat. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

    أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم





    KHUTBAH KEDUA



    الحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى فِيمَا أَمَرَ، وَانتَهُوا عَمَّا نَهَاكُم عَنْهُ وَزَجَرَ.



    أَلَا صَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى، فَقَدْ أَمَرَنَا اللهُ بِذَلِكَ حَيْثُ قَال فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَـا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيهِ وَسَلِّمُوا تَسلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.



    وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِيِّينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ، وَعَن بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالقَرَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَتَابِعِي التَّابِعِينَ، وَعَنَّا مَعَهُم وَفِيهِم بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.



    اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ، وَالمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنهُم وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلَاءَ وَالوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَن بَلَدِنَا خَاصَّةً، وَسَائِرِ البُلْدَانِ عَامَّةً، يَا رَبَّ العَالَمِينَ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا اْلمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي غَزَّة وَفِي فِلِسْطِينَ وَفِيْ كُلِّ مَكَانٍ عَامَّةً، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِين. اللَّهُمَّ بَدِّلْ خَوْفَهُمْ أَمْنًا، وَحُزْنَهُمْ فَرَحًا، وَهَمَّهُمْ فَرَجًا، يَا رَبَّ العَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.



    عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذكُرُوا اللهَ العَظِيمَ يَذْكُركُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدكُمْ، وَاسْأَلُوهُ مِن فَضلِهِ يُعطِكُم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكبَرُ، وَاللهُ يَعلَمُ مَا تَصنَعُونَ.



    https://muslimsg.app/v1/khutbah_contents/455
    Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 12 Januari 2024 / 30 Jamadil Akhir 1445H Keindahan Syariat Islam Sidang Jumaat yang dirahmati Allah, Marilah sama-sama kita bertakwa kepada Allah (s.w.t.). Taati segala perintah-Nya dan jauhi segala larangan-Nya. Semoga Allah (s.w.t.) menerima segala amalan kita. Amin. Saudara dan Saudari yang dikasihi, Allah (s.w.t.) mengurniakan pelbagai nikmat buat manusia. Kita dikurniakan akal yang mampu menilai baik buruknya sesuatu perkara. Kita dikurniakan akal fikiran yang perlu disirami dan dimurnikan dengan ilmu yang bermanfaat. Ingatlah pada firman Allah (s.w.t.) di dalam surah al-Ma’idah, ayat 100: Yang bermaksud: “Katakanlah (wahai Muhammad s.a.w.): "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, walaupun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Oleh itu bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu berjaya.” Kemampuan manusia untuk membezakan perkara yang baik dan buruk adalah anugerah yang amat berharga. Imam Al-Jurjani, di dalam kitabnya At-ta'rifat pernah menjelaskan bahawa Islam merupakan suatu sistem ketuhanan yang menyeru orang-orang berakal kepada menerima apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad (s.a.w.). Sebagai seorang yang beriman dan berakal, kitalah yang mencorak pemikiran dan kehidupan kita agar selari dengan syariat Islam. Ilmu yang sahih dan keimanan yang mantap dapat membezakan antara hak dan batil dalam suatu amalan. Saudara Saudari, Perumpamaan iman dan amal adalah seperti hati dan badan yang aktif berfungsi, tidak dapat dipisahkan. Syariat Islam dijadikan sebagai panduan dan bimbingan buat kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Di sebalik syariat Islam itu, terdapat nilai-nilai yang mewarnai keindahan ajaran Islam. Pada kesempatan hari ini, izinkan saya untuk mengongsikan beberapa nilai murni dalam syariat Islam: Pertama: Nilai kemudahan buat manusia Syariat Islam diturunkan untuk memberi kemudahan buat umat manusia. Malahan, syariat Islam diturunkan kepada kita, umat Nabi Muhammad (s.a.w.), secara tadarruj, iaitu bertahap-tahap. Islam turut memberi keyakinan kepada kita bahawa setiap kesukaran pasti ada jalan keluarnya. Sebagai contoh, keringanan untuk solat dalam keadaan duduk bagi mereka yang berkeuzuran untuk berdiri dengan sempurna ketika solat. Solusi ini membantu hamba-Nya melaksanakan tanggungjawab agamanya dengan sebaik mungkin tanpa rasa paksaan atau bebanan. Begitulah keindahan syariat Islam yang mengambil kira kemampuan manusia. Ingatlah pesanan Rasulullah (s.a.w.): إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ Yang bermaksud: “Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agamanya kecuali akan dikalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna).” (Hadis riwayat Imam Bukhari). Islam itu adalah agama yang mudah, jangan kita menjadi penyebab orang lain menjauhi agama ini disebabkan kita yang menyulitkannya. Diburukkan lagi sekiranya kesulitan berlaku kerana kejahilan kita dalam beragama. Namun, kemudahan dalam beragama tidak bererti kita boleh memperlekehkan agama ini, sehingga kita mengambil ringan serta mengabaikan metodologi fiqh yang telah disusun dan diterima pakai oleh para ulama. Oleh itu, amat penting untuk memahami nilai syariat Islam ini melalui ilmu yang muktabar. Kedua: Nilai keadilan dalam syariat Islam Para jemaah sekalian, Syariat Islam sangat menitikberatkan sifat berlaku adil di dalam berurusan sesama manusia. Tiada sebarang bentuk kezaliman atau kekejaman yang boleh dilakukan kepada sesiapa pun. Apatah lagi dalam masalah hukum agama kita sendiri. Namun, terdapat segelintir di kalangan masyarakat kita, sebagai contoh, yang menyalahgunakan dan mengeksploitasikan hukum faraid untuk memenuhi kepentingan diri. Ada pula yang mengabaikan kebajikan sebahagian ahli waris yang memerlukan sehingga menzalimi hak mereka dalam hukum faraid. Perbuatan mempergunakan hukum agama untuk kepentingan diri adalah satu bentuk kezaliman. Ia sama sekali bertentangan dengan nilai keadilan dalam ajaran Islam. Ketiga: Nilai kesyumulan (menyeluruh) syariat Islam Syariat Islam bersifat holistik atau syumul. Kesyumulan syariat Islam meliputi akidah, akhlak, hukum-hakam dan segala aspek kehidupan seharian. Lihat sahaja keindahan syariat Islam menerusi ibadah haji dan zakat. Kedua-duanya merupakan suatu bentuk ibadah yang merangkumi sudut kerohanian, sosial, ekonomi, mahupun kemanusiaan. Ketika seorang Muslim itu mengharapkan rahmat dan pengampunan Allah (s.w.t.) dalam peribadatannya, dia turut berpeluang untuk memupuk semangat perpaduan dan persaudaraan sesama manusia. Ia juga dapat meningkatkan tahap sosio-ekonomi dan kehidupan beragama di dalam masyarakat. Semoga Allah (s.w.t.) mengurniakan kefahaman agama buat kita semua, dan kejayaan di dunia dan di akhirat. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم KHUTBAH KEDUA الحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى فِيمَا أَمَرَ، وَانتَهُوا عَمَّا نَهَاكُم عَنْهُ وَزَجَرَ. أَلَا صَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى، فَقَدْ أَمَرَنَا اللهُ بِذَلِكَ حَيْثُ قَال فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَـا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيهِ وَسَلِّمُوا تَسلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِيِّينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ، وَعَن بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالقَرَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَتَابِعِي التَّابِعِينَ، وَعَنَّا مَعَهُم وَفِيهِم بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ، وَالمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنهُم وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلَاءَ وَالوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَن بَلَدِنَا خَاصَّةً، وَسَائِرِ البُلْدَانِ عَامَّةً، يَا رَبَّ العَالَمِينَ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا اْلمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي غَزَّة وَفِي فِلِسْطِينَ وَفِيْ كُلِّ مَكَانٍ عَامَّةً، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِين. اللَّهُمَّ بَدِّلْ خَوْفَهُمْ أَمْنًا، وَحُزْنَهُمْ فَرَحًا، وَهَمَّهُمْ فَرَجًا، يَا رَبَّ العَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذكُرُوا اللهَ العَظِيمَ يَذْكُركُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدكُمْ، وَاسْأَلُوهُ مِن فَضلِهِ يُعطِكُم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكبَرُ، وَاللهُ يَعلَمُ مَا تَصنَعُونَ. https://muslimsg.app/v1/khutbah_contents/455
    0 Comments 0 Shares 7688 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 19 Jamadil Akhir 1445H☆

    وَیَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُۚ وَمَن یَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَیۡءࣲ قَدۡرࣰا

    "Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. Dan (Ingatlah), sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu" [Surah aṭ-Ṭalaq 3]

    #Bertaqwalah kepada Allah swt dengan sebenarnya, nescaya Allah swt akan mengurniakan pelbagai rezeki dan kebaikan dengan jalan yang tidak diduga.

    #Disamping itu, sesiapa yang menyerahkan dirinya bulat-bulat kepada Allah nescaya pertolongan dan bantuan Allah sentiasa bersamanya.

    #Bersempena tahun baru 2024 ini, berimpianlah dengan sesuatu hasrat yang terbaik, moga Allah swt tunaikan hajat dan impian tersebut.

    #Dikisahkan bahawa Dr Yusuf al-Qaradhawi pernah ditanya ketika di bangku sekolah, "Apa cita-cita kamu?". Beliau menjawab: “Ingin menjadi Syeikh al-Azhar.” Guru yang bertanya terkejut dan menggelengkan kepala. Walaupun Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi tidak ditakdirkan menjadi Syeikh al-Azhar, sedangkan kemampuan dan ilmunya amat luar biasa. Justeru murid-muridnya berkata: “Kamu bukan Syeikh al-Azhar tetapi kamu adalah Syeikh al-Ummah.” Dalilnya beliau pernah menjawat jawatan sebagai Pengerusi Kesatuan Ulamak Sedunia dan beliaulah yang mengasaskannya, yang menghimpunkan ulamak seluruh dunia.

    #Begitu juga kisah kehebatan dan keilmuan Ibnu Sina. Beliau merupakan salah seorang tokoh yang luar biasa dalam ilmu perubatan. Kemampuannya boleh merawat seorang raja menyebabkan raja tersebut bertanya kepadanya: “Apakah yang diingini dan dicita-citakan?”. Maka jawabnya: “Patik dengar, tuanku mempunyai perpustakaan yang besar, di mana banyak kitab-kitab yang nadir terdapat dalam perpustakaan tuanku. Maka izinkan patik masuk untuk membacanya.”

    #Selain itu, dikisahkan mengenai Imam Syeikh Izzuddin Ibn Abdissalam, yang mula menuntut ilmu pada usia tua, namun beliau sangat bersemangat menghafaz kitab dan giat belajar, dan secara berkala belajar kepada para ulama’ besar pada masa tersebut. Semua itu beliau lakukan untuk menebus masa kecilnya yang tidak sempat merasai pendidikan lantaran keadaan keluarga beliau yang miskin. Ketekunan beliau ditunjukkan dengan jarangnya tidur pada malam hari. Beliau pernah berkata bahawa selama 30 tahun beliau tidak tidur sebelum benar-benar memahami kitab yang sedang beliau pelajari. Selain itu lingkungan di mana beliau tinggal, iaitu Damsyiq pada masa itu adalah daerah yang dipenuhi ulamak-ulamak yang masyhur dalam pelbagai ilmu, disamping kuatnya munajat beliau kepada Allah swt menyebabkan beliau menjadi seorang ulamak dan ilmuwan hebat sehingga tulisan dan pemikirannya dibahaskan hingga saat ini.

    #Tatkala tiga ilmuwan hebat diatas menyerahkan diri mereka kepada Allah swt dengan mengejar impian yang besar disamping kesungguhan, Allah swt mengurniakan sesuatu yang lebih besar kepada mereka.

    #Jom kita manfaatkan usia dan peluang yang Allah kurniakan kepada kita untuk menggandakan pergantungan kita kepadaNya, menyuburkan ketaqwaan dalam keimanan serta menambahkan kesungguhan dalam berimpian, moga Allah swt mengurniakan kita kebahagiaan dan kejayaan didunia dan di akhirat.

    ♡Ya Allah, jadikanlah kami hambaMu yang soleh, bertaqwa serta berjaya dunia akhirat. Aamiiin♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 19 Jamadil Akhir 1445H☆ وَیَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُۚ وَمَن یَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَیۡءࣲ قَدۡرࣰا "Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. Dan (Ingatlah), sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu" [Surah aṭ-Ṭalaq 3] #Bertaqwalah kepada Allah swt dengan sebenarnya, nescaya Allah swt akan mengurniakan pelbagai rezeki dan kebaikan dengan jalan yang tidak diduga. #Disamping itu, sesiapa yang menyerahkan dirinya bulat-bulat kepada Allah nescaya pertolongan dan bantuan Allah sentiasa bersamanya. #Bersempena tahun baru 2024 ini, berimpianlah dengan sesuatu hasrat yang terbaik, moga Allah swt tunaikan hajat dan impian tersebut. #Dikisahkan bahawa Dr Yusuf al-Qaradhawi pernah ditanya ketika di bangku sekolah, "Apa cita-cita kamu?". Beliau menjawab: “Ingin menjadi Syeikh al-Azhar.” Guru yang bertanya terkejut dan menggelengkan kepala. Walaupun Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi tidak ditakdirkan menjadi Syeikh al-Azhar, sedangkan kemampuan dan ilmunya amat luar biasa. Justeru murid-muridnya berkata: “Kamu bukan Syeikh al-Azhar tetapi kamu adalah Syeikh al-Ummah.” Dalilnya beliau pernah menjawat jawatan sebagai Pengerusi Kesatuan Ulamak Sedunia dan beliaulah yang mengasaskannya, yang menghimpunkan ulamak seluruh dunia. #Begitu juga kisah kehebatan dan keilmuan Ibnu Sina. Beliau merupakan salah seorang tokoh yang luar biasa dalam ilmu perubatan. Kemampuannya boleh merawat seorang raja menyebabkan raja tersebut bertanya kepadanya: “Apakah yang diingini dan dicita-citakan?”. Maka jawabnya: “Patik dengar, tuanku mempunyai perpustakaan yang besar, di mana banyak kitab-kitab yang nadir terdapat dalam perpustakaan tuanku. Maka izinkan patik masuk untuk membacanya.” #Selain itu, dikisahkan mengenai Imam Syeikh Izzuddin Ibn Abdissalam, yang mula menuntut ilmu pada usia tua, namun beliau sangat bersemangat menghafaz kitab dan giat belajar, dan secara berkala belajar kepada para ulama’ besar pada masa tersebut. Semua itu beliau lakukan untuk menebus masa kecilnya yang tidak sempat merasai pendidikan lantaran keadaan keluarga beliau yang miskin. Ketekunan beliau ditunjukkan dengan jarangnya tidur pada malam hari. Beliau pernah berkata bahawa selama 30 tahun beliau tidak tidur sebelum benar-benar memahami kitab yang sedang beliau pelajari. Selain itu lingkungan di mana beliau tinggal, iaitu Damsyiq pada masa itu adalah daerah yang dipenuhi ulamak-ulamak yang masyhur dalam pelbagai ilmu, disamping kuatnya munajat beliau kepada Allah swt menyebabkan beliau menjadi seorang ulamak dan ilmuwan hebat sehingga tulisan dan pemikirannya dibahaskan hingga saat ini. #Tatkala tiga ilmuwan hebat diatas menyerahkan diri mereka kepada Allah swt dengan mengejar impian yang besar disamping kesungguhan, Allah swt mengurniakan sesuatu yang lebih besar kepada mereka. #Jom kita manfaatkan usia dan peluang yang Allah kurniakan kepada kita untuk menggandakan pergantungan kita kepadaNya, menyuburkan ketaqwaan dalam keimanan serta menambahkan kesungguhan dalam berimpian, moga Allah swt mengurniakan kita kebahagiaan dan kejayaan didunia dan di akhirat. ♡Ya Allah, jadikanlah kami hambaMu yang soleh, bertaqwa serta berjaya dunia akhirat. Aamiiin♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    0 Comments 0 Shares 9394 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 27 Jamadil Awwal 1445H☆

    زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰ⁠تِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰ⁠لِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ

    "Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih; dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga)" [Surah Ali-ʿImran 14]

    Allah swt memulakan kaitan cinta syahwat itu bermula dari wanita, sebelum menyebutkan emas, perak, kenderaan dan pertanian. Kenapa wanita? Kerana manusia selalu mencintai dan menganggap indah segala sesuatu yang berkaitan dengan syahwat, fikirannya selalu mengarah kepada syahwat. Allah menyatakan kecintaan manusia terhadap wanita yang pertama menunjukkan fitnah yang sangat luar biasa daripada wanita.

    #Sabda Nabi saw: "Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita” (HR al-Bukhari dan Muslim)

    #Allah swt menjadikan wanita apabila dilihat akan menimbulkan keinginan (syahwat) dan kaum lelaki mudah tergoda dengan mereka. Untuk itu, fitnah wanita adalah fitnah yang dahsyat kerana pada dirinya semua fitnah seperti suaranya, rupa parasnya, pergerakannya dan sebagainya. 

    #Ini memahamkan kita bahawa di antara semua fitnah yang ada ternyata ada fitnah yang paling dahsyat bagi kaum lelaki ialah wanita. Para wanita harus faham bahawa dirinya adalah fitnah besar bagi para lelaki. Dia adalah perhiasan terindah, yang dunia tanpa wujudnya dirasakan gelap, walaupun mentari terbit dan di langit tidak ada segumpal awan. Kedamaian, ketenangan, ketenteraman, kebahagiaan, tanpa adanya wanita, susah untuk didapatkan.

    #Disebabkan itu, Rasulullah saw berpesan kepada kaum lelaki supaya mereka berhati-hati atau menjauhkan diri daripada melihat wanita yang bukan mahramnya, berdua-duaan dengannya, bercampur baur dengan mereka dan seumpamanya. Hal ini diteguhkan lagi oleh sebuah hadis Nabi saw:

    “Berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terawal yang berlaku pada golongan Bani Israil adalah pada wanita" (HR Muslim)

    #Maka, setiap lelaki Muslim, perlulah bertakwa dan berhati-hati dengan wanita dan para wanita perlulah menjaga auratnya, perawakannya dan pergaulannya agar terhindar daripada fitnah. Kaum lelaki dan wanita wajib menjadikan sifat takwa sebagai benteng atau perisai di antara dirinya dalam pergaulan supaya tidak terjebak kepada fitnah dan kemungkaran.

    ♡Ada pelbagai fitnah di muka bumi ini, antaranya fitnah kemiskinan, kemewahan, kejayaan, harta, anak, peperangan, banjir,  gempa bumi, wanita, kebakaran, kematian, kehilangan, kesakitan, kesempitan dan berbagai macam fitnah lainnya. Namun, fitnah yang bahaya dan perlu diwaspadai ialah fitnah wanita. Moga Allah swt pelihara iman kita semua. Aamiiin♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 27 Jamadil Awwal 1445H☆ زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰ⁠تِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰ⁠لِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ "Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih; dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga)" [Surah Ali-ʿImran 14] Allah swt memulakan kaitan cinta syahwat itu bermula dari wanita, sebelum menyebutkan emas, perak, kenderaan dan pertanian. Kenapa wanita? Kerana manusia selalu mencintai dan menganggap indah segala sesuatu yang berkaitan dengan syahwat, fikirannya selalu mengarah kepada syahwat. Allah menyatakan kecintaan manusia terhadap wanita yang pertama menunjukkan fitnah yang sangat luar biasa daripada wanita. #Sabda Nabi saw: "Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita” (HR al-Bukhari dan Muslim) #Allah swt menjadikan wanita apabila dilihat akan menimbulkan keinginan (syahwat) dan kaum lelaki mudah tergoda dengan mereka. Untuk itu, fitnah wanita adalah fitnah yang dahsyat kerana pada dirinya semua fitnah seperti suaranya, rupa parasnya, pergerakannya dan sebagainya.  #Ini memahamkan kita bahawa di antara semua fitnah yang ada ternyata ada fitnah yang paling dahsyat bagi kaum lelaki ialah wanita. Para wanita harus faham bahawa dirinya adalah fitnah besar bagi para lelaki. Dia adalah perhiasan terindah, yang dunia tanpa wujudnya dirasakan gelap, walaupun mentari terbit dan di langit tidak ada segumpal awan. Kedamaian, ketenangan, ketenteraman, kebahagiaan, tanpa adanya wanita, susah untuk didapatkan. #Disebabkan itu, Rasulullah saw berpesan kepada kaum lelaki supaya mereka berhati-hati atau menjauhkan diri daripada melihat wanita yang bukan mahramnya, berdua-duaan dengannya, bercampur baur dengan mereka dan seumpamanya. Hal ini diteguhkan lagi oleh sebuah hadis Nabi saw: “Berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terawal yang berlaku pada golongan Bani Israil adalah pada wanita" (HR Muslim) #Maka, setiap lelaki Muslim, perlulah bertakwa dan berhati-hati dengan wanita dan para wanita perlulah menjaga auratnya, perawakannya dan pergaulannya agar terhindar daripada fitnah. Kaum lelaki dan wanita wajib menjadikan sifat takwa sebagai benteng atau perisai di antara dirinya dalam pergaulan supaya tidak terjebak kepada fitnah dan kemungkaran. ♡Ada pelbagai fitnah di muka bumi ini, antaranya fitnah kemiskinan, kemewahan, kejayaan, harta, anak, peperangan, banjir,  gempa bumi, wanita, kebakaran, kematian, kehilangan, kesakitan, kesempitan dan berbagai macam fitnah lainnya. Namun, fitnah yang bahaya dan perlu diwaspadai ialah fitnah wanita. Moga Allah swt pelihara iman kita semua. Aamiiin♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    0 Comments 0 Shares 7838 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 27 Jamadil Awwal 1445H☆

    زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰ⁠تِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰ⁠لِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ

    "Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih; dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga)" [Surah Ali-ʿImran 14]

    #Allah swt memulakan kaitan cinta syahwat itu bermula dari wanita, sebelum menyebutkan emas, perak, kenderaan dan pertanian. Kenapa wanita? Kerana manusia selalu mencintai dan menganggap indah segala sesuatu yang berkaitan dengan syahwat, fikirannya selalu mengarah kepada syahwat. Allah menyatakan kecintaan manusia terhadap wanita yang pertama menunjukkan fitnah yang sangat luar biasa daripada wanita.

    #Sabda Nabi saw: "Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita” (HR al-Bukhari dan Muslim)

    #Allah swt menjadikan wanita apabila dilihat akan menimbulkan keinginan (syahwat) dan kaum lelaki mudah tergoda dengan mereka. Untuk itu, fitnah wanita adalah fitnah yang dahsyat kerana pada dirinya semua fitnah seperti suaranya, rupa parasnya, pergerakannya dan sebagainya. 

    #Ini memahamkan kita bahawa di antara semua fitnah yang ada ternyata ada fitnah yang paling dahsyat bagi kaum lelaki ialah wanita. Para wanita harus faham bahawa dirinya adalah fitnah besar bagi para lelaki. Dia adalah perhiasan terindah, yang dunia tanpa wujudnya dirasakan gelap, walaupun mentari terbit dan di langit tidak ada segumpal awan. Kedamaian, ketenangan, ketenteraman, kebahagiaan, tanpa adanya wanita, susah untuk didapatkan.

    #Disebabkan itu, Rasulullah saw berpesan kepada kaum lelaki supaya mereka berhati-hati atau menjauhkan diri daripada melihat wanita yang bukan mahramnya, berdua-duaan dengannya, bercampur baur dengan mereka dan seumpamanya. Hal ini diteguhkan lagi oleh sebuah hadis Nabi saw:

    “Berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terawal yang berlaku pada golongan Bani Israil adalah pada wanita" (HR Muslim)

    #Maka, setiap lelaki Muslim, perlulah bertakwa dan berhati-hati dengan wanita dan para wanita perlulah menjaga auratnya, perawakannya dan pergaulannya agar terhindar daripada fitnah. Kaum lelaki dan wanita wajib menjadikan sifat takwa sebagai benteng atau perisai di antara dirinya dalam pergaulan supaya tidak terjebak kepada fitnah dan kemungkaran.

    ♡Ada pelbagai fitnah di muka bumi ini, antaranya fitnah kemiskinan, kemewahan, kejayaan, harta, anak, peperangan, banjir,  gempa bumi, wanita, kebakaran, kematian, kehilangan, kesakitan, kesempitan dan berbagai macam fitnah lainnya. Namun, fitnah yang bahaya dan perlu diwaspadai ialah fitnah wanita. Moga Allah swt pelihara iman kita semua. Aamiiin♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 27 Jamadil Awwal 1445H☆ زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰ⁠تِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰ⁠لِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ "Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih; dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga)" [Surah Ali-ʿImran 14] #Allah swt memulakan kaitan cinta syahwat itu bermula dari wanita, sebelum menyebutkan emas, perak, kenderaan dan pertanian. Kenapa wanita? Kerana manusia selalu mencintai dan menganggap indah segala sesuatu yang berkaitan dengan syahwat, fikirannya selalu mengarah kepada syahwat. Allah menyatakan kecintaan manusia terhadap wanita yang pertama menunjukkan fitnah yang sangat luar biasa daripada wanita. #Sabda Nabi saw: "Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita” (HR al-Bukhari dan Muslim) #Allah swt menjadikan wanita apabila dilihat akan menimbulkan keinginan (syahwat) dan kaum lelaki mudah tergoda dengan mereka. Untuk itu, fitnah wanita adalah fitnah yang dahsyat kerana pada dirinya semua fitnah seperti suaranya, rupa parasnya, pergerakannya dan sebagainya.  #Ini memahamkan kita bahawa di antara semua fitnah yang ada ternyata ada fitnah yang paling dahsyat bagi kaum lelaki ialah wanita. Para wanita harus faham bahawa dirinya adalah fitnah besar bagi para lelaki. Dia adalah perhiasan terindah, yang dunia tanpa wujudnya dirasakan gelap, walaupun mentari terbit dan di langit tidak ada segumpal awan. Kedamaian, ketenangan, ketenteraman, kebahagiaan, tanpa adanya wanita, susah untuk didapatkan. #Disebabkan itu, Rasulullah saw berpesan kepada kaum lelaki supaya mereka berhati-hati atau menjauhkan diri daripada melihat wanita yang bukan mahramnya, berdua-duaan dengannya, bercampur baur dengan mereka dan seumpamanya. Hal ini diteguhkan lagi oleh sebuah hadis Nabi saw: “Berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terawal yang berlaku pada golongan Bani Israil adalah pada wanita" (HR Muslim) #Maka, setiap lelaki Muslim, perlulah bertakwa dan berhati-hati dengan wanita dan para wanita perlulah menjaga auratnya, perawakannya dan pergaulannya agar terhindar daripada fitnah. Kaum lelaki dan wanita wajib menjadikan sifat takwa sebagai benteng atau perisai di antara dirinya dalam pergaulan supaya tidak terjebak kepada fitnah dan kemungkaran. ♡Ada pelbagai fitnah di muka bumi ini, antaranya fitnah kemiskinan, kemewahan, kejayaan, harta, anak, peperangan, banjir,  gempa bumi, wanita, kebakaran, kematian, kehilangan, kesakitan, kesempitan dan berbagai macam fitnah lainnya. Namun, fitnah yang bahaya dan perlu diwaspadai ialah fitnah wanita. Moga Allah swt pelihara iman kita semua. Aamiiin♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    0 Comments 0 Shares 7694 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 27 Jamadil Awwal 1445H☆

    زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰ⁠تِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰ⁠لِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ

    "Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih; dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga)" [Surah Ali-ʿImran 14]

    #Allah swt memulakan kaitan cinta syahwat itu bermula dari wanita, sebelum menyebutkan emas, perak, kenderaan dan pertanian. Kenapa wanita? Kerana manusia selalu mencintai dan menganggap indah segala sesuatu yang berkaitan dengan syahwat, fikirannya selalu mengarah kepada syahwat. Allah menyatakan kecintaan manusia terhadap wanita yang pertama menunjukkan fitnah yang sangat luar biasa daripada wanita.

    #Sabda Nabi saw: "Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita” (HR al-Bukhari dan Muslim)

    #Allah swt menjadikan wanita apabila dilihat akan menimbulkan keinginan (syahwat) dan kaum lelaki mudah tergoda dengan mereka. Untuk itu, fitnah wanita adalah fitnah yang dahsyat kerana pada dirinya semua fitnah seperti suaranya, rupa parasnya, pergerakannya dan sebagainya. 

    #Ini memahamkan kita bahawa di antara semua fitnah yang ada ternyata ada fitnah yang paling dahsyat bagi kaum lelaki ialah wanita. Para wanita harus faham bahawa dirinya adalah fitnah besar bagi para lelaki. Dia adalah perhiasan terindah, yang dunia tanpa wujudnya dirasakan gelap, walaupun mentari terbit dan di langit tidak ada segumpal awan. Kedamaian, ketenangan, ketenteraman, kebahagiaan, tanpa adanya wanita, susah untuk didapatkan.

    #Disebabkan itu, Rasulullah saw berpesan kepada kaum lelaki supaya mereka berhati-hati atau menjauhkan diri daripada melihat wanita yang bukan mahramnya, berdua-duaan dengannya, bercampur baur dengan mereka dan seumpamanya. Hal ini diteguhkan lagi oleh sebuah hadis Nabi saw:

    “Berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terawal yang berlaku pada golongan Bani Israil adalah pada wanita" (HR Muslim)

    #Maka, setiap lelaki Muslim, perlulah bertakwa dan berhati-hati dengan wanita dan para wanita perlulah menjaga auratnya, perawakannya dan pergaulannya agar terhindar daripada fitnah. Kaum lelaki dan wanita wajib menjadikan sifat takwa sebagai benteng atau perisai di antara dirinya dalam pergaulan supaya tidak terjebak kepada fitnah dan kemungkaran.

    ♡Ada pelbagai fitnah di muka bumi ini, antaranya fitnah kemiskinan, kemewahan, kejayaan, harta, anak, peperangan, banjir,  gempa bumi, wanita, kebakaran, kematian, kehilangan, kesakitan, kesempitan dan berbagai macam fitnah lainnya. Namun, fitnah yang bahaya dan perlu diwaspadai ialah fitnah wanita. Moga Allah swt pelihara iman kita semua. Aamiiin♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 27 Jamadil Awwal 1445H☆ زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰ⁠تِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰ⁠لِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ "Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih; dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga)" [Surah Ali-ʿImran 14] #Allah swt memulakan kaitan cinta syahwat itu bermula dari wanita, sebelum menyebutkan emas, perak, kenderaan dan pertanian. Kenapa wanita? Kerana manusia selalu mencintai dan menganggap indah segala sesuatu yang berkaitan dengan syahwat, fikirannya selalu mengarah kepada syahwat. Allah menyatakan kecintaan manusia terhadap wanita yang pertama menunjukkan fitnah yang sangat luar biasa daripada wanita. #Sabda Nabi saw: "Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita” (HR al-Bukhari dan Muslim) #Allah swt menjadikan wanita apabila dilihat akan menimbulkan keinginan (syahwat) dan kaum lelaki mudah tergoda dengan mereka. Untuk itu, fitnah wanita adalah fitnah yang dahsyat kerana pada dirinya semua fitnah seperti suaranya, rupa parasnya, pergerakannya dan sebagainya.  #Ini memahamkan kita bahawa di antara semua fitnah yang ada ternyata ada fitnah yang paling dahsyat bagi kaum lelaki ialah wanita. Para wanita harus faham bahawa dirinya adalah fitnah besar bagi para lelaki. Dia adalah perhiasan terindah, yang dunia tanpa wujudnya dirasakan gelap, walaupun mentari terbit dan di langit tidak ada segumpal awan. Kedamaian, ketenangan, ketenteraman, kebahagiaan, tanpa adanya wanita, susah untuk didapatkan. #Disebabkan itu, Rasulullah saw berpesan kepada kaum lelaki supaya mereka berhati-hati atau menjauhkan diri daripada melihat wanita yang bukan mahramnya, berdua-duaan dengannya, bercampur baur dengan mereka dan seumpamanya. Hal ini diteguhkan lagi oleh sebuah hadis Nabi saw: “Berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terawal yang berlaku pada golongan Bani Israil adalah pada wanita" (HR Muslim) #Maka, setiap lelaki Muslim, perlulah bertakwa dan berhati-hati dengan wanita dan para wanita perlulah menjaga auratnya, perawakannya dan pergaulannya agar terhindar daripada fitnah. Kaum lelaki dan wanita wajib menjadikan sifat takwa sebagai benteng atau perisai di antara dirinya dalam pergaulan supaya tidak terjebak kepada fitnah dan kemungkaran. ♡Ada pelbagai fitnah di muka bumi ini, antaranya fitnah kemiskinan, kemewahan, kejayaan, harta, anak, peperangan, banjir,  gempa bumi, wanita, kebakaran, kematian, kehilangan, kesakitan, kesempitan dan berbagai macam fitnah lainnya. Namun, fitnah yang bahaya dan perlu diwaspadai ialah fitnah wanita. Moga Allah swt pelihara iman kita semua. Aamiiin♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    0 Comments 0 Shares 7379 Views
More Results