• Bisikan Ruh Ramadhan 2

    Ramadhan adalah bulan diturunkan Al Quran. Al Quran telah mensifatkan dirinya dengan berbagai nama dan sifat yang mulia agar manusia mudah mengenalinya. Sayugianya Al Quran lebih dikenali, didekati dan diingati.

    1. Al-Quran adalah As-Shirath Al-Mustaqim ( jalan lurus )

    وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ. ﴿ الأنعام : ١٥٣﴾

    “Dan sungguh, inilah jalan–Ku yang lurus, maka ikutilah!.”

    (Al-An’am: 153)

    2. Al-Quran adalah Al–Hablu al-Matin ( Tali agama yang kukuh )

    وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا ﴿أل عمران : ١٠٣ ﴾

    “Maka berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah.”

    (Ali ‘Imran: 103)

    3. Al-Quran adalah Al-Mizan ( Neraca nilaian )

    فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ ﴿ النساء : ٥٩ ﴾

    “Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul.”

    (An Nisa’: 59)

    “Kembali kepada Allah” maknanya adalah kembali kepada Al-Qur’an, sedangkan “kembali kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam” adalah kembali kepada As-Sunnah.


    4. Al-Quran adalah Al–‘Urwatul Wutsqa ( Pegangan yang kukuh )

    لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿ البقرة : ٢٥٦ ﴾

    “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat, yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

    (Al-Baqarah: 256)

    5. Al-Quran adalah al- Burhan ( bukti kebenaran ) dan An-Nur al-Mubin ( Cahaya yang terang )

    يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُم بُرْهَانٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينً ﴿ النساء : ١٧٤ ﴾

    “Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya), dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.”

    (An-Nisa’: 174)

    وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿ الشورى : ٥٢ ﴾

    “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al–Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.”

    (Asy-Syura: 52)

    6. Al-Quran adalah Al–Huda ( Petunjuk )

    إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
    ﴿ الإسراء : ٩ ﴾

    “Sungguh, Al–Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar."

    (Al-Isra’: 9)

    وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ ﴿ النحل : ٨٩ ﴾

    “Dan Kami turunkan Al–Kitab (Al–Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).”

    (An-Nahl: 89)

    7. Al-Quran adalah Asy–Syifa’ ( Penawar dan penyembuhan)

    يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ.
    ﴿ يونس : ٥٧ ﴾

    “Wahai manusia! Sungguh telah dating kepadamu pelajaran (Al–Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.”

    (Yunus: 57)

    وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
    ﴿ فصلت : ٤٤ ﴾
    Bisikan Ruh Ramadhan 2 Ramadhan adalah bulan diturunkan Al Quran. Al Quran telah mensifatkan dirinya dengan berbagai nama dan sifat yang mulia agar manusia mudah mengenalinya. Sayugianya Al Quran lebih dikenali, didekati dan diingati. 1. Al-Quran adalah As-Shirath Al-Mustaqim ( jalan lurus ) وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ. ﴿ الأنعام : ١٥٣﴾ “Dan sungguh, inilah jalan–Ku yang lurus, maka ikutilah!.” (Al-An’am: 153) 2. Al-Quran adalah Al–Hablu al-Matin ( Tali agama yang kukuh ) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا ﴿أل عمران : ١٠٣ ﴾ “Maka berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah.” (Ali ‘Imran: 103) 3. Al-Quran adalah Al-Mizan ( Neraca nilaian ) فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ ﴿ النساء : ٥٩ ﴾ “Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul.” (An Nisa’: 59) “Kembali kepada Allah” maknanya adalah kembali kepada Al-Qur’an, sedangkan “kembali kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam” adalah kembali kepada As-Sunnah. 4. Al-Quran adalah Al–‘Urwatul Wutsqa ( Pegangan yang kukuh ) لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿ البقرة : ٢٥٦ ﴾ “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat, yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 256) 5. Al-Quran adalah al- Burhan ( bukti kebenaran ) dan An-Nur al-Mubin ( Cahaya yang terang ) يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُم بُرْهَانٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينً ﴿ النساء : ١٧٤ ﴾ “Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya), dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.” (An-Nisa’: 174) وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿ الشورى : ٥٢ ﴾ “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al–Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.” (Asy-Syura: 52) 6. Al-Quran adalah Al–Huda ( Petunjuk ) إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا ﴿ الإسراء : ٩ ﴾ “Sungguh, Al–Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar." (Al-Isra’: 9) وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ ﴿ النحل : ٨٩ ﴾ “Dan Kami turunkan Al–Kitab (Al–Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).” (An-Nahl: 89) 7. Al-Quran adalah Asy–Syifa’ ( Penawar dan penyembuhan) يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ. ﴿ يونس : ٥٧ ﴾ “Wahai manusia! Sungguh telah dating kepadamu pelajaran (Al–Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (Yunus: 57) وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ﴿ فصلت : ٤٤ ﴾
    Like
    1
    0 Comments 0 Shares 1173 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 13 Ramadhan 1445H☆

    یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

    "Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa"  [Surah al-Baqarah 183]

    #Dah 13 hari kita berpuasa dalam suasana panas yang agak terik membahang. Puasa penuh cabaran dan tahap kehausan semakin tinggi. Ada tempat yang cuaca agak sejuk, dingin dan mendung. Puasa sama tapi pahala berbeza disebab tahap bebanan yang ditanggung.

    #Ketahuilah bahawa setiap orang yang beribadah tidak sama nilainya di sisi Allah, walaupun mungkin sama pada jenis dan bilangannya. Seseorang  yang bersolat tarawih bersama para jemaah yang ramai tidaklah semestinya setiap mereka mendapat ganjaran pahala yang sama. Ini kerana di antara mereka sudah pasti ada perbezaan pada kadar khusyuk, ikhlas dan kesusahan yang dialami dalam menunaikan ibadah itu.

    #Imam ‘Izzuddin Abdissalam dalam kitab Qawa’id al-Ahkam membahaskan isu ini. Beliau menjelaskan perbezaan pahala dua amalan yang serupa itu bukanlah perbezaan pahala amalan itu sendiri, sebaliknya tambahan pahala itu diperolehi disebabkan kesusahan yang ditanggung. Contohnya, seseorang yang mandi wajib pada musim sejuk dan seorang yang mandi wajib pada musim panas. Dari segi mandi, keduanya mendapat pahala yang sama disebabkan sifat mandi itu dari sudut syarat, rukun dan sunnahnya itu sama. Namun yang mandi pada musim sejuk mendapat pahala lebih disebabkan beban yang lebih berat yang terpaksa ditanggung. Bukannya perbezaan pahala itu pada mandi tersebut, tetapi kepada beban sampingan yang terpaksa ditanggung.

    #Begitulah juga mengenai mereka yang pergi ke masjid, menunaikan haji, berdakwah, berjihad dan seumpamanya. Pahala diberikan bukan kerana perbezaan tujuan, tetapi kerana bebanan tahap bebanan dan kesabaran yang terpaksa ditempuh.

    #Demikianlah ibadah puasa, walaupun dari segi puasa, tujuannya sama. Syarat, rukun dan sunnahnya yang dilaksanakan itu sama. Namun, pahala berbeza bukan disebabkan perbezaan pahala puasa, tetapi perbezaan bebanan yang ditanggung oleh seseorang yang melaksanakan tanggungjawab tersebut. Orang yang berpuasa dalam suasana cuaca yang panas membahang tidak sama ganjaran pahala dengan orang yang berpuasa dalam suasana sejuk. Begitu juga mereka yang berpuasa dalam suasana bekerja berat dalam suasana panas terik. Puasa dalam keadaan ornag disekeliling tidak berpuasa dan dinegara yang agak mencabar untuk berpuasa dan seumpamanya.

    #Maka, kita hendaklah tahu bahawa setiap kesusahan yang ditanggung oleh pengamal ibadah itu, ada hitungan pahala di sisi Allah swt yang lebih dan berbeza dengan orang lain.

    ♡Tunaikanlah setiap kewajipan yang diperintahkan dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Yakinilah bahawa ganjaran pahala itu diberi oleh Allah mengikut kadar kesusahan, kepayahan dan cabaran yang dilalui disepanjang ibadah itu dilaksanakan. Selamat berpuasa di musim panas saat ini. Bertabahlah!!♡

    Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 13 Ramadhan 1445H☆ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa"  [Surah al-Baqarah 183] #Dah 13 hari kita berpuasa dalam suasana panas yang agak terik membahang. Puasa penuh cabaran dan tahap kehausan semakin tinggi. Ada tempat yang cuaca agak sejuk, dingin dan mendung. Puasa sama tapi pahala berbeza disebab tahap bebanan yang ditanggung. #Ketahuilah bahawa setiap orang yang beribadah tidak sama nilainya di sisi Allah, walaupun mungkin sama pada jenis dan bilangannya. Seseorang  yang bersolat tarawih bersama para jemaah yang ramai tidaklah semestinya setiap mereka mendapat ganjaran pahala yang sama. Ini kerana di antara mereka sudah pasti ada perbezaan pada kadar khusyuk, ikhlas dan kesusahan yang dialami dalam menunaikan ibadah itu. #Imam ‘Izzuddin Abdissalam dalam kitab Qawa’id al-Ahkam membahaskan isu ini. Beliau menjelaskan perbezaan pahala dua amalan yang serupa itu bukanlah perbezaan pahala amalan itu sendiri, sebaliknya tambahan pahala itu diperolehi disebabkan kesusahan yang ditanggung. Contohnya, seseorang yang mandi wajib pada musim sejuk dan seorang yang mandi wajib pada musim panas. Dari segi mandi, keduanya mendapat pahala yang sama disebabkan sifat mandi itu dari sudut syarat, rukun dan sunnahnya itu sama. Namun yang mandi pada musim sejuk mendapat pahala lebih disebabkan beban yang lebih berat yang terpaksa ditanggung. Bukannya perbezaan pahala itu pada mandi tersebut, tetapi kepada beban sampingan yang terpaksa ditanggung. #Begitulah juga mengenai mereka yang pergi ke masjid, menunaikan haji, berdakwah, berjihad dan seumpamanya. Pahala diberikan bukan kerana perbezaan tujuan, tetapi kerana bebanan tahap bebanan dan kesabaran yang terpaksa ditempuh. #Demikianlah ibadah puasa, walaupun dari segi puasa, tujuannya sama. Syarat, rukun dan sunnahnya yang dilaksanakan itu sama. Namun, pahala berbeza bukan disebabkan perbezaan pahala puasa, tetapi perbezaan bebanan yang ditanggung oleh seseorang yang melaksanakan tanggungjawab tersebut. Orang yang berpuasa dalam suasana cuaca yang panas membahang tidak sama ganjaran pahala dengan orang yang berpuasa dalam suasana sejuk. Begitu juga mereka yang berpuasa dalam suasana bekerja berat dalam suasana panas terik. Puasa dalam keadaan ornag disekeliling tidak berpuasa dan dinegara yang agak mencabar untuk berpuasa dan seumpamanya. #Maka, kita hendaklah tahu bahawa setiap kesusahan yang ditanggung oleh pengamal ibadah itu, ada hitungan pahala di sisi Allah swt yang lebih dan berbeza dengan orang lain. ♡Tunaikanlah setiap kewajipan yang diperintahkan dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Yakinilah bahawa ganjaran pahala itu diberi oleh Allah mengikut kadar kesusahan, kepayahan dan cabaran yang dilalui disepanjang ibadah itu dilaksanakan. Selamat berpuasa di musim panas saat ini. Bertabahlah!!♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    Like
    1
    0 Comments 0 Shares 1358 Views
  • Sangat besar rasa cinta Rasulullah kepada Khadijah, sampai-sampai Aisyah mengatakan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim,

    “Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah.

    Maka aku pun berkata kepadanya, “Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah…!”

    Maka berkatalah Rasulullah, “Ya, begitulah ia, dan darinyalah aku mendapatkan anak.”

    Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata, “Bukankah ia (Khadijah) hanya seorang wanita tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu yang lebih baik darinya? (maksud Aisyah yang menggatikan Khadijah adalah dirinya). Maka Belaiu pun marah sampai berguncang rambut depannya. Lalu Beliau bersabda, “Demi Allah! Ia tidak memberikan ganti untukku yang lebih baik darinya. Khadijah telah beriman kepadaku ketika orang-orang masih kufur, ia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, ia memberikan hartanya kepadaku ketika manusia lain tidak mau memberiku, dan Allah memberikan kepadu anak darinya dan tidak memberiku anak dari yang lain.”Maka aku berkata dalam hati,” Demi Allah, aku tidak akan lagi menyebut Khadijah dengan sesuatu yang buruk selama-lamanya.”

    Ketika Aisyah ingin menampakkan kelebihannya atas Khadijah, ia berkata kepada Fatimah ra., putri Nabi dari Khadijah ra.: “Aku gadis ketika dinikahi ayahmu sedang ibumu adalah janda ketika dinikahi ayahmu.” Rasul saw. Yang mendengar ucapan ini dari putrinya yang mengeluh bersabda: “Sampaikanlah kepadanya ‘Ibuku (maksudnya Khadijah ra) lebih hebat dari engkau, beliau menikahi ayahku yang jejaka, sedang engkau menikahinya saat beliau duda.”

    Disamping itu Rasulullah tidak memadu Khadijah dengan wanita lain, sedang semua istri selainnya dimadu.
    Teman-teman Khadiijah pun masih diingat oleh Rasul dan berpesan kepada putri-putri beliau agar terus menjalin hubungan kasih dengan mengirimkan hadiah-walau sederhana- kepada mereka.

    Ketika Fath Makkah, yakni hari keberhasilan rasul saw memasuki kota Mekkah bersama kaum Muslim, beliau berkunjung ke lokasi rumah Khadijah ra., karena rumah itu sendiri telah tiada. Beliau juga-pada hari itu- menyendiri, di tengah kesibukan bersama pasukan kaum Muslim, dengan seorang wanita tua sambil bercakap-cakap dengan wajah berseri-seri. Aisyah ra yang melihat hal tersebut bertanya:”Siapa orang itu dan apa yang dibicarakannya?” Ternyata wanita tua itu sobat karib Khadijah ra dan pembicaraan Nabi saw dengannya berkisar pada kenangan manis masa lalu.

    Gerak langkah suara dan ketukan pintu yang biasa dilakukan Khadijah ra pun terus segar dalam benak dan pikiran beliau. Suatu ketika beliau mendengar ketukan dan suara serupa. Beliau berkomentar:”Ini cara ketukan Khadijah. Saya duga yang dating adalah Hala ( saudara perempuan Khadijah ra.) dan ternyata dugaan beliau benar.

    Demikianlah keagungan cinta Rasulullah swa. kepada Khadijah ra. Yang akan tetap terukir indah sepajang zaman.

    #gerbangmakrifat
    #IslamForU
    Sangat besar rasa cinta Rasulullah kepada Khadijah, sampai-sampai Aisyah mengatakan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, “Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Maka aku pun berkata kepadanya, “Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah…!” Maka berkatalah Rasulullah, “Ya, begitulah ia, dan darinyalah aku mendapatkan anak.” Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata, “Bukankah ia (Khadijah) hanya seorang wanita tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu yang lebih baik darinya? (maksud Aisyah yang menggatikan Khadijah adalah dirinya). Maka Belaiu pun marah sampai berguncang rambut depannya. Lalu Beliau bersabda, “Demi Allah! Ia tidak memberikan ganti untukku yang lebih baik darinya. Khadijah telah beriman kepadaku ketika orang-orang masih kufur, ia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, ia memberikan hartanya kepadaku ketika manusia lain tidak mau memberiku, dan Allah memberikan kepadu anak darinya dan tidak memberiku anak dari yang lain.”Maka aku berkata dalam hati,” Demi Allah, aku tidak akan lagi menyebut Khadijah dengan sesuatu yang buruk selama-lamanya.” Ketika Aisyah ingin menampakkan kelebihannya atas Khadijah, ia berkata kepada Fatimah ra., putri Nabi dari Khadijah ra.: “Aku gadis ketika dinikahi ayahmu sedang ibumu adalah janda ketika dinikahi ayahmu.” Rasul saw. Yang mendengar ucapan ini dari putrinya yang mengeluh bersabda: “Sampaikanlah kepadanya ‘Ibuku (maksudnya Khadijah ra) lebih hebat dari engkau, beliau menikahi ayahku yang jejaka, sedang engkau menikahinya saat beliau duda.” Disamping itu Rasulullah tidak memadu Khadijah dengan wanita lain, sedang semua istri selainnya dimadu. Teman-teman Khadiijah pun masih diingat oleh Rasul dan berpesan kepada putri-putri beliau agar terus menjalin hubungan kasih dengan mengirimkan hadiah-walau sederhana- kepada mereka. Ketika Fath Makkah, yakni hari keberhasilan rasul saw memasuki kota Mekkah bersama kaum Muslim, beliau berkunjung ke lokasi rumah Khadijah ra., karena rumah itu sendiri telah tiada. Beliau juga-pada hari itu- menyendiri, di tengah kesibukan bersama pasukan kaum Muslim, dengan seorang wanita tua sambil bercakap-cakap dengan wajah berseri-seri. Aisyah ra yang melihat hal tersebut bertanya:”Siapa orang itu dan apa yang dibicarakannya?” Ternyata wanita tua itu sobat karib Khadijah ra dan pembicaraan Nabi saw dengannya berkisar pada kenangan manis masa lalu. Gerak langkah suara dan ketukan pintu yang biasa dilakukan Khadijah ra pun terus segar dalam benak dan pikiran beliau. Suatu ketika beliau mendengar ketukan dan suara serupa. Beliau berkomentar:”Ini cara ketukan Khadijah. Saya duga yang dating adalah Hala ( saudara perempuan Khadijah ra.) dan ternyata dugaan beliau benar. Demikianlah keagungan cinta Rasulullah swa. kepada Khadijah ra. Yang akan tetap terukir indah sepajang zaman. #gerbangmakrifat #IslamForU
    0 Comments 0 Shares 3055 Views
  • PERKONGSIAN 1 HARI 1 HADIS

    Kurniaan dan Keluasan Rahmat Allah

    عَنْ أَبي ذَرٍّ رضي الله عنه قال: أَنَّ أُنَاسَاً مِنْ أَصحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالوا للنَّبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَارَسُولَ الله: ذَهَبَ أَهلُ الدثورِ بِالأُجورِ، يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّيْ، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَيَتَصَدَّقُوْنَ بفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ، قَالَ: أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُوْنَ؟ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَة.وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمَيْدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بالِمَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِيْ أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَالَ:أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فَيْ حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فَي الحَلالِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ

    Daripada Abu Dzar RA  bahawa ada beberapa sahabat  berkata kepada Nabi SAW: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya raya telah pergi membawa pahala yang banyak. Mereka solat sebagaimana kami solat, mereka berpuasa sebagaimana kami juga berpuasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedangkan kami tidak boleh bersedekah).” Baginda SAW bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untuk kamu sesuatu untuk kalian boleh bersedekah dengannya? Sesungguhnya setiap tasbih itu adalah sedekah, setiap takbir itu adalah sedekah, setiap tahmid itu adalah sedekah, setiap tahlil itu adalah sedekah, memerintahkan kepada hal yang makruf itu adalah sedekah, mencegah kemungkaran itu adalah sedekah, dan dalam kemaluan kalian itu juga terdapat sedekah.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kami jika menyalurkan syahwatnya dia akan mendapatkan pahala?” Baginda bersabda, “Bagaimana pendapat kamu seandainya dia memuaskan nafsu syahawatnya pada yang haram, bukankah berdosa? Demikianlah sebaliknya kalau ia menyalurkannya pada yang halal, tentu dia memperoleh pahala.” (HR Muslim No: 1006) Status Hadis Sahih.

    Pengajaran:

    1.  Setiap orang sama ada miskin mahupun kaya berpeluang melakukan amal soleh

    2.  Muslim yang berharta, di samping melaksanakan ibadat solat dan puasa, dia berpeluang melakukan amal soleh yang lain seperti  bersedekah.

    3.  Muslim yang tidak berharta (miskin) juga berpeluang memperolehi ganjaran pahala seperti orang kaya malah mungkin lebih baik. Selain daripada ibadat solat dan puasa kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW  menjana ganjaran pahala melalui amalan tasbih, takbir, tahmid, tahlil  dan melakukan kerja dakwah iaitu menyeru kearah kebaikan dan mencegah kemungkaran.

    4.  Ganjaran pahala juga diberikan kepada mereka yang memberi nafkah kepada ahli keluarga seperti makan minum dan pakaian juga mendapat pahala apabila seorang suami mengauli isteri atau sebaliknya.

    5.  Diantara kebesaran kurniaan Allah kepada Muslim ialah perlakuan suatu adat kebiasaan akan berubah menjadi bentuk ibadah yang diberi pahala apabila disertai dengan niat yang baik kerana Allah dan tidak bercangah dengan syarak.

    Hadis 25
    #Hadis40ImamNawawi
    #BangunkanJiwamu
    #TeguhkanUkhuwahSebarkanRahmah
    #BinaNegaraRahmah
    #PertubuhanIKRAMMalaysiaNegeriJohor

    16hb Nov.  2023
    02hb Jamadil Awal 1445H

    Utk dapatkan 1 Hari 1 Hadis Pertubuhan Ikram Malaysia Negeri Johor, sila klik link di bawah :
    telegram.me/hadisharian_ikram
    PERKONGSIAN 1 HARI 1 HADIS Kurniaan dan Keluasan Rahmat Allah عَنْ أَبي ذَرٍّ رضي الله عنه قال: أَنَّ أُنَاسَاً مِنْ أَصحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالوا للنَّبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَارَسُولَ الله: ذَهَبَ أَهلُ الدثورِ بِالأُجورِ، يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّيْ، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَيَتَصَدَّقُوْنَ بفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ، قَالَ: Ø£ÙŽÙˆÙŽ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُوْنَ؟ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَة.وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمَيْدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بالِمَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِيْ أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَالَ:أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فَيْ حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فَي الحَلالِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ Daripada Abu Dzar RA  bahawa ada beberapa sahabat  berkata kepada Nabi SAW: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya raya telah pergi membawa pahala yang banyak. Mereka solat sebagaimana kami solat, mereka berpuasa sebagaimana kami juga berpuasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedangkan kami tidak boleh bersedekah).” Baginda SAW bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untuk kamu sesuatu untuk kalian boleh bersedekah dengannya? Sesungguhnya setiap tasbih itu adalah sedekah, setiap takbir itu adalah sedekah, setiap tahmid itu adalah sedekah, setiap tahlil itu adalah sedekah, memerintahkan kepada hal yang makruf itu adalah sedekah, mencegah kemungkaran itu adalah sedekah, dan dalam kemaluan kalian itu juga terdapat sedekah.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kami jika menyalurkan syahwatnya dia akan mendapatkan pahala?” Baginda bersabda, “Bagaimana pendapat kamu seandainya dia memuaskan nafsu syahawatnya pada yang haram, bukankah berdosa? Demikianlah sebaliknya kalau ia menyalurkannya pada yang halal, tentu dia memperoleh pahala.” (HR Muslim No: 1006) Status Hadis Sahih. Pengajaran: 1.  Setiap orang sama ada miskin mahupun kaya berpeluang melakukan amal soleh 2.  Muslim yang berharta, di samping melaksanakan ibadat solat dan puasa, dia berpeluang melakukan amal soleh yang lain seperti  bersedekah. 3.  Muslim yang tidak berharta (miskin) juga berpeluang memperolehi ganjaran pahala seperti orang kaya malah mungkin lebih baik. Selain daripada ibadat solat dan puasa kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW  menjana ganjaran pahala melalui amalan tasbih, takbir, tahmid, tahlil  dan melakukan kerja dakwah iaitu menyeru kearah kebaikan dan mencegah kemungkaran. 4.  Ganjaran pahala juga diberikan kepada mereka yang memberi nafkah kepada ahli keluarga seperti makan minum dan pakaian juga mendapat pahala apabila seorang suami mengauli isteri atau sebaliknya. 5.  Diantara kebesaran kurniaan Allah kepada Muslim ialah perlakuan suatu adat kebiasaan akan berubah menjadi bentuk ibadah yang diberi pahala apabila disertai dengan niat yang baik kerana Allah dan tidak bercangah dengan syarak. Hadis 25 #Hadis40ImamNawawi #BangunkanJiwamu #TeguhkanUkhuwahSebarkanRahmah #BinaNegaraRahmah #PertubuhanIKRAMMalaysiaNegeriJohor 16hb Nov.  2023 02hb Jamadil Awal 1445H Utk dapatkan 1 Hari 1 Hadis Pertubuhan Ikram Malaysia Negeri Johor, sila klik link di bawah : telegram.me/hadisharian_ikram
    0 Comments 0 Shares 2002 Views
  • ☆Tadabbur Kalamullah 30 Rabiul Akhir 1445H☆

    يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

    "Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga (melaksanakan tugas), dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat kemenangan" [Surah Ali ‘Imran 200]

    #Allah swt menjanjikan kemenangan buat para pejuang agamaNya. Kemenangan akan diperoleh apabila dilaksanakan segala syarat kemenangan yang melayakkan untuk mendapat pertolongan Allah swt.

    #Sambung bicara berkaitan penyebab tertangguhnya kemenangan yang dijanjikan Allah swt sebagaimana yang diungkapkan oleh as-Syahid Syed Qutb rahimahullah:

    5.  Kemenangan tertangguh kerana umat mukminin belum benar-benar tulus dalam perjuangan dengan niat murni semata-mata kerana Allah dan dakwah agamaNya. Mungkin masih ada dalam kalangan mereka yang berjuang kerana motif-motif lain yang tidak murni. Mungkin untuk meraih kepentingan tertentu, mungkin kerana dorongan emosi marah semata-mata, atau mungkin untuk mencari glamour sebagai jaguh pertarungan atau lain-lain sepertinya, sedang Allah Menghendaki agar setiap orang berjuang semata-mata keranaNya dan di jalanNya.

    6. Kemenangan tertangguh kerana masih ada sisa kebaikan pada pihak musuh yang diperangi. Allah swt menghendaki agar sisa kebaikan itu lenyap sama sekali, dan hanya tinggal kejahatan sepenuhnya, barulah akan ditimpakan kehancuran sepenuhnya tanpa ada sisa kebaikan yang turut terkorban.

    7. Kemenangan tertangguh kerana kebatilan yang diperangi itu belum terdedah sepenuhnya di mata khalayak massa. Andainya kemenangan diraih dalam keadaan seperti itu, masih akan ada pendukung-pendukungnya yang tertipu dengan kebatilan yang belum nampak jelas batilnya itu. Dengan kata lain, kebatilan tersebut masih mengakar pada segolongan orang bersalah yang masih belum dapat melihat hakikat. Allah menghendaki agar kebatilan itu terus wujud beberapa lama sehingga ia terdedah sepenuhnya di hadapan semua orang. Dengan demikian kehancurannya nanti tidak akan disesali oleh sesiapa pun.

    8. Kemenangan tertangguh kerana iklim persekitaran yang belum cukup bersedia untuk menyambut kebenaran, keadilan dan kebaikan yang dibawa oleh kaum mukminin. Andainya kemenangan dicapai ketika keadaan masih seperti itu, sudahnya ia akan ditolak oleh masyarakat yang belum bersedia itu. Biarlah pertarungan terus berlangsung sehingga jiwa dan minda masyarakat seluruhnya bersedia menerima kemenangan kebenaran, dan siap untuk mempertahankannya.

    #Demikianlah antara sebab, di samping sebab-sebab lain yang Allah sendiri yang Mengetahuinya, mengapa kemenangan masih tertangguh, dan kerana itu perjuangan dengan segala pengorbanan dan deritanya terus berlanjutan dengan keyakinan akhirnya Allah akan memberikan kemenangan.

    ♡Kepada Allahlah kembali segala urusan, sesungguhnya Allah adalah penentu kesudahan segalanya, memenangkan yang kalah atau mengalahkan yang menang, tergantung pada syarat-syarat yang telah di tetapkanNya, ditepati ataupun tidak♡

    🐊Ust naim
    Klik link ini untuk    
    http://bit.ly/tadabburkalamullah

    Facebook:   
    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    ☆Tadabbur Kalamullah 30 Rabiul Akhir 1445H☆ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga (melaksanakan tugas), dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat kemenangan" [Surah Ali ‘Imran 200] #Allah swt menjanjikan kemenangan buat para pejuang agamaNya. Kemenangan akan diperoleh apabila dilaksanakan segala syarat kemenangan yang melayakkan untuk mendapat pertolongan Allah swt. #Sambung bicara berkaitan penyebab tertangguhnya kemenangan yang dijanjikan Allah swt sebagaimana yang diungkapkan oleh as-Syahid Syed Qutb rahimahullah: 5.  Kemenangan tertangguh kerana umat mukminin belum benar-benar tulus dalam perjuangan dengan niat murni semata-mata kerana Allah dan dakwah agamaNya. Mungkin masih ada dalam kalangan mereka yang berjuang kerana motif-motif lain yang tidak murni. Mungkin untuk meraih kepentingan tertentu, mungkin kerana dorongan emosi marah semata-mata, atau mungkin untuk mencari glamour sebagai jaguh pertarungan atau lain-lain sepertinya, sedang Allah Menghendaki agar setiap orang berjuang semata-mata keranaNya dan di jalanNya. 6. Kemenangan tertangguh kerana masih ada sisa kebaikan pada pihak musuh yang diperangi. Allah swt menghendaki agar sisa kebaikan itu lenyap sama sekali, dan hanya tinggal kejahatan sepenuhnya, barulah akan ditimpakan kehancuran sepenuhnya tanpa ada sisa kebaikan yang turut terkorban. 7. Kemenangan tertangguh kerana kebatilan yang diperangi itu belum terdedah sepenuhnya di mata khalayak massa. Andainya kemenangan diraih dalam keadaan seperti itu, masih akan ada pendukung-pendukungnya yang tertipu dengan kebatilan yang belum nampak jelas batilnya itu. Dengan kata lain, kebatilan tersebut masih mengakar pada segolongan orang bersalah yang masih belum dapat melihat hakikat. Allah menghendaki agar kebatilan itu terus wujud beberapa lama sehingga ia terdedah sepenuhnya di hadapan semua orang. Dengan demikian kehancurannya nanti tidak akan disesali oleh sesiapa pun. 8. Kemenangan tertangguh kerana iklim persekitaran yang belum cukup bersedia untuk menyambut kebenaran, keadilan dan kebaikan yang dibawa oleh kaum mukminin. Andainya kemenangan dicapai ketika keadaan masih seperti itu, sudahnya ia akan ditolak oleh masyarakat yang belum bersedia itu. Biarlah pertarungan terus berlangsung sehingga jiwa dan minda masyarakat seluruhnya bersedia menerima kemenangan kebenaran, dan siap untuk mempertahankannya. #Demikianlah antara sebab, di samping sebab-sebab lain yang Allah sendiri yang Mengetahuinya, mengapa kemenangan masih tertangguh, dan kerana itu perjuangan dengan segala pengorbanan dan deritanya terus berlanjutan dengan keyakinan akhirnya Allah akan memberikan kemenangan. ♡Kepada Allahlah kembali segala urusan, sesungguhnya Allah adalah penentu kesudahan segalanya, memenangkan yang kalah atau mengalahkan yang menang, tergantung pada syarat-syarat yang telah di tetapkanNya, ditepati ataupun tidak♡ 🐊Ust naim Klik link ini untuk     http://bit.ly/tadabburkalamullah Facebook:    https://m.facebook.com/tadabburkalamullah
    BIT.LY
    Tadabbur Kalamullah
    Oleh Ustaz Muhamad Naim Haji Hashim
    0 Comments 0 Shares 1831 Views